Inibaru.id – Peran Wali Songo dalam penyebaran agama Islam di Jawa memang sangat krusial. Tiap tokoh memiliki cara dan proses pendekatan yang berbeda dalam berdakwah. Salah satu yang punya cara dakwah unik adalah Ja'far Shadiq atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus.
Ja'far Shadiq merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Husain bin Ali. Tepatnya keturunan Ja’fat ash-Shidiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristrikan Fatimah az-Zahra binti Muhammad.
Ja'far lahir di tanah Palestina, tepatnya di Al-Quds. Bersama dengan ayah, kakek, dan kerabatnya, Ja'far sekeluarga berbondong-bondong pindah ke Tanah Jawa. Ayahnya adalah Usman Haji bin Ali Murtadha, saudara Sunan Ampel yang juga menjabat sebagai senopati atau panglima di Kerajaan Demak.
Sayangnya, kisah sang ayah berakhir tragis karena ketika melawan Adipati Terung, dia kalah dan meninggal dunia.
Ja'far yang menggantikan peran ayahnya kemudian membantu Kerajaan Demak memperluas wilayahnya. Dia bahkan diangkat sebagai imam besar Masjid Agung Demak dan menjadi hakim kerajaan. Namun, saat dia menjabat posisi-posisi strategis tersebut, terjadi perselisihan internal di Kerajaan Demak. Ja'far pun kemudian dimutasi ke Tajug, sebuah desa di sebelah timur wilayah Kerajaan Demak.
Merangkul dengan Asimilasi Budaya
Tajug adalah wilayah yang kini kamu kenal sebagai Kudus. Di sini, Ja'far Shadiq melanjutkan dakwah menyebarkan agama Islam. Tapi, saat itu Tajug adalah kawasan dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi budaya Hindu-Buddha.
Mengetahui hal ini, Ja'far melakukan pendekatan unik dalam berdakwah. Pendekatan tersebut adalah melalui seni dan budaya. Ternyata, cara ini bisa diterima masyarakat, Millens.
Berkat keluwesannya pula, masyarakat Tajug yang mulai banyak menganut agama Islam juga menerima perubahan nama daerahnya menjadi Kudus. Nama ini terinspirasi dari Al-Quds, tempat kelahiran sang sunan. Perubahan nama wilayah ini pun diiringi dengan perubahan panggilan kepada Ja'far. Dia kemudian lebih dikenal sebagai Sunan Kudus.
Salah satu contoh perannya dalam mengasimilasikan ajaran agama Islam dengan budaya Hindu-Buddha di Kudus adalah Masjid Kudus yang memiliki bentuk bangunan laiknya candi Hindu-Buddha. Masjid ini masih eksis sampai sekarang dan jadi salah satu tujuan bagi jutaan orang pengin melakukan ziarah wali setiap tahun.
Sayangnya, seperti apa kehidupan Sunan Kudus di masa tuanya sampai sekarang masih jadi misteri. Belum jelas apa penyebab beliau meninggal. Satu hal yang pasti, dia dimakamkan di belakang Masjid Agung Kudus.
Omong-omong, kamu pernah berziarah ke makam Sunan Kudus belum, Millens? (Tir, Kum, Pik/IB31/E07)