Inibaru.id – Kabupaten Jepara nggak hanya terkenal dengan ukiran kayunya yang mendunia, tetapi juga kekayaan kulinernya yang unik dan menggugah rasa. Salah satunya adalah horog-horog, makanan berbahan dasar tepung sagu yang selama ini lebih dikenal sebagai pendamping pecel atau bakso.
Namun, di tangan Linda Natalia sang pemilik Dapure Mba’Berto, horog-horog kini hadir dalam bentuk yang lebih inovatif: diolah layaknya nasi goreng; yang menciptakan sensasi rasa baru yang selain lezat juga penuh kejutan.

Berlokasi di tepi Sungai Wiso di daerah Kuwasen, horog-horog goreng menjadi hidangan yang cocok dinikmati di Dapure Mba’Berto yang menawarkan pengalaman bersantap yang lebih dari sekadar menikmati makanan enak, tapi juga suasana tenang yang nyaman dan ngangeni.
Tempat ini memang paling nyaman untuk melepas penat. Banyak pelanggan yang sengaja datang untuk mencoba menu uniknya sekaligus menikmati pemandangan alami yang menenangkan di sini.
Baca Juga:
Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap AlhamdulillahLinda mengatakan, tempat makan yang bagus harus didukung dengan masakan yang menarik. Perempuan 33 tahun ini pun memilih horog-horog. Namun, tentu saja harus dimodifikasi agar layak disajikan sebagai menu utama alih-alih pelengkap sebagaimana yang banyak di pasaran.
“Setiap kali makan di luar, horog-horog selalu disajikan begitu saja, sebagai pelengkap. Padahal, kalau dipikir-pikir, ini kan bisa diolah lebih dari itu,” ujarnya saat ditemui di restorannya yang beralamat di Jalan Kuwasen Desa Wonorejo, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, belum lama ini.

Dari situlah dia mulai tertantang untuk melakukan eksperimen. Dari berbagai resep dan cara memasak yang dicobanya, Linda akhirnya memutuskan untuk menggorengnya dengan racikankhas sehingga memunculkan cita rasa yang nggak kalah nikmat dari nasi goreng.
Horog-horog goreng ini sejatinya dimasak dengan cara sederhana: butiran horog-horog digoreng bersama rempah-rempah khas yang meresap hingga ke dalam, menciptakan cita rasa yang gurih dan lezat. Teksturnya lebih ringan dibanding nasi goreng, tetapi tetap mengenyangkan.
Untuk melengkapi hidangan ini, pelanggan bisa memilih dua jenis topping: dengan ayam goreng kepala seharga Rp25 ribu per porsi atau telur ceplok minyak kelapa yang dibanderol Rp22 ribu per porsi.

Kehadiran menu baru ini sukses menarik perhatian para pelanggan, termasuk Khoiruddin, yang awalnya ragu untuk mencoba karena terbiasa menikmati horog-horog sebagai pendamping pecel atau bakso.
"Jujur, semula saya pikir bakal aneh rasanya kalau digoreng, tapi ternyata enak! Malah nggak terasa kalau ini horog-horog,” katanya lalu tersenyum.
Tak hanya menyajikan menu inovatif, Dapure Mba’Berto juga menawarkan pengalaman bersantap menarik. Kamu yang suka outdoor bisa memilih duduk di bagian luar restoran, lalu menikmati makanan di bawah payung besar sembari sesekali melihat perahu kecil melintas di sungai.

Kamu yang suka menikmati suasana senja bisa datang pada sore hari untuk menyesap segelas es jeruk atau kopi tubruk khas Jepara dalam situasi yang lebih romantis. Kamu bisa berlama-lama di sini, karena restoran tersebut buka hingga dari pukul 11.00 hingga 21.00 WIB pada Senin-Sabtu.
Kalau pengin menikmati suasana pagi sembari sarapan di Dapure Mba’Berto, datanglah pada Minggu, karena restoran ini buka mulai pukul 09.00 WIB. Saat mampir, tentu saja jangan lupakan horog-horog gorengnya yang mungkin nggak akan kamu temukan di tempat lain.
Sembari mengudap, kamu bisa bercakap bersama teman, saudara, pasangan, atau sendirian menikmati suasana tepi sungai yang pastinya adem bikin malas beranjak. Mampirlah kalau ke Jepara! (Imam Khanafi/E03)