inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Rob Terjang Kampung Tambakrejo Semarang, Anak-Anak PAUD Sekolah Tanpa Gedung
Selasa, 29 Agu 2023 15:00
Bagikan:
Sitatun, salah seorang guru PAUD Patra Sutera sedang mengajak bernyanyi siswa-siswinya. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Sitatun, salah seorang guru PAUD Patra Sutera sedang mengajak bernyanyi siswa-siswinya. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Di tengah keterbatasan ruangan, anak-anak yang sekolah di PAUD Patra Sutera Kampung Tambakrejo selalu terlihat ceria. Namun, di balik semua itu, mereka menyimpan kerinduan akan gedung dan tempat bermain yang layak.

Inibaru.id - Anak-anak usia prasekolah di Kampung Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, terpaksa belajar di lingkungan yang tak biasa. Alih-alih menempati gedung sekolah, mereka malah melakukan kegiatan belajar-mengajar di sepetak ruang tamu.

Sudah tiga tahun mereka "bersekolah" di ruangan berukuran 4x6 meter itu, yang merupakan bagian dari rumah milik Slamet Riyadi, Ketua RW 16 di kampung tersebut. Ruangan ini menggantikan gedung PAUD Patra Sutera yang jaraknya lumayan jauh dari situ.

Ketua RW 16 Slamet Riyadi menunjukkan kondisi ruang pembelajaran PAUD Patra Sutera tergenang banjir rob. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Ketua RW 16 Slamet Riyadi menunjukkan kondisi ruang pembelajaran PAUD Patra Sutera tergenang banjir rob. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Gedung PAUD Patra Sutera terpaksa ditinggalkan dan dibiarkan terbengkalai karena terus-menerus terendam banjir air pasang (rob) sebagai dampak dari krisis iklim yang melanda Kampung Tambakrejo. Air asin setinggi mata kaki orang dewasa hampir tak pernah surut menggenangi gedung tersebut.

Sekarang ini, kondisi gedung berlantai dua tersebut begitu terlihat mengkhawatirkan. Bangunannya kosong tak terawat dengan lantai dipenuhi air. Tembok bagian bawahnya mulai menghitam, sedangkan cat dinding yang didominasi warna biru itu juga memudar dan mengelupas.

Kini, satu-satunya ruang pendidikan usia dini di Kampung Tambakrejo hanya di rumah Ketua RW 16 yang bisa dibilang tak layak. Sekolah darurat itu tidak memiliki meja dan bangku. Anak-anak juga hanya belajar setiap Senin, Rabu, dan Jumat.

Namun, agaknya keterbatasan fasilitas ini tidak berhasil menghapus kegembiraan di raut muka para bocah ini. Mereka tetap ceria, berlarian ke segala sudut, mengambil mainan, dan mewarnai gambar-gambar.

Berdampingan dengan Rob

Siswa-siswi PAUD Patra Sutera menyusun balok kayu. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Siswa-siswi PAUD Patra Sutera menyusun balok kayu. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Anak-anak memang tak memedulikan di mana mereka belajar dan bermain. Tapi, para orang dewasa yang melihat kondisi tersebut tentunya merasa prihatin dan sedih. Itu pula yang dirasakan Sitatun, salah seorang pegajar di PAUD Patra Sutera.

Sitatun mengaku sering meneteskan air mata saat melewati gedung sekolah yang terbengkalai. Sebab, semasa dia mulai mengajar pada 2016, gedung sekolah itu terbilang bagus dengan wahana permainan yang komplet.

"Ya Allah, kok terendam terus. Kapan ya ditinggikan? Banyak warga sekitar yang sering bertanya, 'Bu, kapan anak-anak menempati sekolah itu lagi?'," keluhnya.

Dia pun bercerita, PAUD Patra Sutera dibangun pada 2012. Lantai bawah digunakan untuk ruang belajar sekaligus bermain, sedangkan ruang atas untuk perpustakaan. Halaman dan ruang utama gedung mulai digenangi rob pada 2020 dan makin hari kian bertambah parah.

Terpaksa Diliburkan

Siswa-siswi PAUD Patra Sutera sedang mewarnai gambar tanpa menggunakan meja dan kursi belajar. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Siswa-siswi PAUD Patra Sutera sedang mewarnai gambar tanpa menggunakan meja dan kursi belajar. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Meski sudah dipindahkan ke tempat yang lebih aman, nyatanya anak-anak di Kampung Tambakrejo masih berhadapan dengan krisis iklim yang belum teratasi. Banjir rob masih saja menjadi momok yang menghambat aktivitas warga termasuk kegiatan pendidikan.

Sitatun mengungkapkan, ketika banjir yang melanda kampungnya sedang tinggi, kegiatan pembelajaran di PAUD Patra Sutera juga terpaksa diliburkan. Dalam beberapa tahun terakhir, tiap hari warga Kampung Tambakrejo memang harus berdampingan dengan debit air rob yang naik-turun.

"Paling tinggi itu pernah satu meteran. Anak-anak libur. Kalau banjir rob cuma setinggi lima sentimeter, anak-anak tetap masuk", terangnya.

Kondisi ini menjadi keseharian di kampung tersebut. Mau tak mau, anak-anak pun harus ikut berdamai dengan belajar di rumah Ketua RW. Mengharapkan perbaikan atau pembangunan kembali gedung PAUD juga tampaknya bakal jauh panggang dari api.

Belum Jadi Prioritas

Semua wahana permainan anak-anak di PAUD Patra Sutera rusak tergerus genangan air laut. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Semua wahana permainan anak-anak di PAUD Patra Sutera rusak tergerus genangan air laut. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Ketua RW 16 Slamet Riyadi bukannya tidak pernah melakukan upaya mengembalikan kondisi gedung PAUD. Namun, karena status PAUD Patra Sutera belum punya izin operasional dari Kemenkumham meski sudah terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Semarang, perbaikan belum menjadi prioritas.

"Jadi, nggak bisa minta akses bantuan ke pemerintah. Saya sempat mengusulkan bantuan melalui Musrembang agar lantai bawah PAUD itu ditinggikan, tapi nggak pernah diperhatikan," timpalnya.

Sementara, Lurah Tanjung Mas Sony Yudha Putra Pradana mengatakan, saat ini pihaknya bersama Pemkot Semarang tengah fokus menyelesaikan permasalahan banjir rob, jadi belum bisa menjadikan perbaikan gedung PAUD Patra Sutera sebagai prioritas.

"Ada gedung-gedung yang lebih mendesak untuk diperbaiki, misalnya balai pertemuan RW di Kampung Tambakrejo," ujar lelaki yang akrab disapa Sony tersebut. "Tahun kemarin kan kita kejaran-kejaran dengan air laut. Semuanya bertahap. Kami selesaikan penyebab utamanya (banjir rob) dulu."

Mengajukan Program Hibah

Hanya hiasan dan foto presiden serta wakil presiden yang masih terpajang rapih di gedung PAUD yang terbengkalai. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Hanya hiasan dan foto presiden serta wakil presiden yang masih terpajang rapih di gedung PAUD yang terbengkalai. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Plt Disdik Kota Semarang Bambang Pramusinto menerangkan, PAUD Patra Sutera merupakan sekolah yang dikelola oleh masyarakat. Jadi, untuk perbaikan dan perawatan, sekolah yang dikelola masyarakat bisa mengajukan program hibah ke Pemkot Semarang.

"Kami bisa memberikan hibah untuk sekolah yang membutuhkan bantuan. Namun, pengajuan melalui proposal minimal satu tahun sebelumnya," pungkas Bambang.

Prosedur yang panjang acap membuat kebutuhan mendesak seperti pembangunan dan perbaikan gedung PAUD yang terdampak banjir rob ini gagal segera teratasi. Bukan berarti prosedur tidak penting, tapi pendidikan anak juga seharusnya menjadi prioritas.

Anak-anak adalah masa depan kita. Tanpa pendidikan yang layak, kenyamanan belajar yang baik, sarana prasarana yang memadai, dan keamanan yang terjamin, tentu saja masa depan kita juga bakal terancam. Tidak cukupkah semua hal itu menjadi prioritas kita semua? (Fitroh Nurikhsan/E10)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved