Inibaru.id – Venesia adalah salah satu kota wisata populer di dunia. Kotanya unik dan dipenuhi dengan kanal-kanal yang cantik. Sayangnya, belakangan ini kanal-kanal Venesia mengering sehingga membuat pemerintah serta masyarakat Italia khawatir.
Beda dengan kota-kota pada umumnya, Venesia lebih mengandalkan kanal-kanal tersebut sebagai transportasi warganya. Tapi, gara-gara air surut, gondola, taksi air, hingga ambulans air nggak bisa digunakan di kanal-kanal tersebut. Pemerintah Italia bahkan sampai menyebut kasus kekeringan ini sebagai yang terparah dalam 60 tahun belakangan.
Lantas, apa sih yang bikin kekeringan di Italia separah ini? Menurut laporan BBC Indonesia, Kamis (23/2/2023), kondisi ini dipengaruhi menurunnya intensitas hujan, siklus pasang surut, hingga dampak bulan purnama. Tapi, kelompok pemerhati kondisi lingkungan setempat Legambiente kompak menyebut masalah ini dipengaruhi oleh rusaknya alam dan perubahan iklim.
“Tahun 2023 baru dimulai, tapi cuaca ekstrem dan tingkat kekeringan sudah sangat mengkhawatirkan,” ungkap Direktur Legambiente Giorgio Zampetti.
Hal ini diamini peneliti iklim CNR Massimiliano Pasqui saat diwawancarai harian Corriere Della Sera pada Kamis (23/2). Katanya masalah kekeringan ini juga terjadi pada beberapa tahun sebelumnya.
“Italia sedang mengalami masalah defisit air sejak musim dingin 2020-2021. Kita perlu setidaknya 50 hari hujan berturut-turut untuk memulihkannya,” ucap Pasqui sebagaimana dilansir dari VOI, Minggu (26/2).
Kondisi kekeringan parah ini mempengaruhi aliran Sungai Po yang bermuara nggak jauh dari Venesia yang ada di timur laut Italia. Sungai terpanjang di Italia tersebut mengalir dari sisi barat laut Negeri Pizza tersebut dan memengaruhi setidaknya sepertiga dari produksi pertanian Italia. Sayangnya, karena mengalami masalah kekeringan terparah dalam 70 tahun belakangan, debit air Sungai Po turun sebanyak 61 persen.
Tetangga Italia, Prancis, ikut-ikutan khawatir. Badan Nasional Cuaca setempat, Météo-France, menemukan bahwa di Prancis, khususnya Pegunungan Alpen nggak terjadi hujan sama sekali dari 21 Januari sampai 21 Februari 2023. Bahkan, meski Eropa sedang mengalami musim dingin, tutupan salju di Pegunungan Alpen dan Pirenia di perbatasan Prancis dan Spanyol nggak setebal tahun-tahun sebelumnya.
Mengingat kedua pegunungan tersebut adalah sumber air utama bagi sejumlah negara di Benua Biru, hal ini membuat pemerintah Prancis pun khawatir pada musim panas nanti, kekeringan parah akan melanda banyak negara di Eropa.
Para peneliti, pemerintah, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya masih membahas solusi terbaik untuk mengatasi hal ini. Satu hal yang pasti, perubahan iklim sudah sangat terasa. Kita perlu ikut terlibat melakukan tindakan demi mencegahnya semakin parah sekaligus mengembalikan keseimbangan alam. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E10)