inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Alam Makin Sering Beri Alarm, Hati-Hati Krisis Pangan!
Sabtu, 20 Agu 2022 13:27
Penulis:
Inibaru Indonesia
Inibaru Indonesia
Bagikan:
Sungai Loire, sungai terpanjang di Prancis mengering. (Twitter/HeberdenMarc)

Sungai Loire, sungai terpanjang di Prancis mengering. (Twitter/HeberdenMarc)

Puluhan sungai besar di Eropa, Amerika, hingga Tiongkok mengering secara bersamaan. Dampak dari perubahan iklim semakin kentara. Ketakutan akan gagal panen dan krisis pangan di masa depan pun semakin meningkat.

Inibaru.id – Foto-foto sungai yang mengering bermunculan di Eropa, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Pemandangan ini sangat aneh karena sungai-sungai berukuran besar tersebut mengering di waktu yang bersamaan, yaitu di pertengahan tahun ini, tepatnya pada musim panas saat banyak orang pergi ke luar rumah.

Sungai Loire, sungai terpanjang di Prancis yang biasanya dipenuhi air dengan panjang ratusan meter kini hanya menampakkan kolam-kolam kecil. Banyak kapal-kapal yang terdampar di tanah yang kering.

Hal sama juga terjadi pada sungai besar di Eropa lainnya seperti Danube dan Rhine. Foto-foto yang menunjukkan warga lokal berjalan di dasar sungai yang mengering pun viral di media sosial.

Kejadian yang mirip juga terjadi di Tiongkok. Sungai Yangtze yang dikenal sebagai sungai terpanjang di Asia juga mengalami penurunan debit air dengan signifikan. Sejumlah bendungan di Sungai Colorado, Amerika Serikat juga berkurang drastis.

Peneliti Andrea Toreti dari European Drought Observatory menyebut kekeringan di Eropa ini adalah yang paling parah dalam 500 tahun terakhir. Pemicunya adalah musim gugur 2021 dan musim dingin pada pergantian 2021/2022 yang lebih kering dari biasanya.

Selain itu, peningkatan suhu akibat perubahan iklim dan suhu panas ekstrim pada musim panas ini menyebabkan kekeringan di sana semakin parah sampai membuat sungai-sungai besar mengering.

“Kita seharusnya nggak perlu terkejut dengan banyaknya peristiwa gelombang panas. Hal ini bakal lebih sering terjadi di seluruh dunia,” ucap Bob Ward dari Grantham Research Institute on Climate Change and The Environment London School of Economics.

Ancaman Krisis Pangan

Warga berjalan di dasar salah satu sungai di Tiongkok, dengan penanda kedalaman air di sebuah tiang di latar belakang. (Twitter/unsc1325)
Warga berjalan di dasar salah satu sungai di Tiongkok, dengan penanda kedalaman air di sebuah tiang di latar belakang. (Twitter/unsc1325)

Kekeringan di Sungai Po, Italia juga berdampak pada berkurangnya sumber air bersih di Italia. Perdana Menteri Italia Mario Dreghi sampai menyebut krisis ini adalah yang paling parah dalam 70 tahun terakhir.

Diperkirakan, 17 juta warga Italia bakal terdampak hal ini. Mereka nggak hanya bakal kesulitan mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi sehari-hari. Masyarakat yang bekerja di bidang pertanian dan peternakan diperkirakan juga bakal kesulitan.

Di Amerika Serikat bagian barat, kekeringan dan gelombang panas sudah menghantam pertanian dengan sangat parah. Pasokan air untuk irigasi terpaksa dipangkas demi memenuhi kebutuhan konsumsi warga. Dampaknya, 50 persen tanaman buah dan kacang-kacangan milik petani di California harus ditebang.

Transportasi Terhambat

Berkurangnya pasokan air di sungai-sungai dan bendungan di Tiongkok membuat pembangkit tenaga listrik juga nggak lagi berfungsi sebagaimana sebelumnya. Kapal pengangkut batu bara dan barang-barang lain juga nggak bisa beroperasi karena rendahnya air di sungai tempat mereka biasa berlayar. Seluruh pabrik yang ada di Sichuan sampai diminta untuk nggak beroperasi selama enam hari untuk menghemat listrik.

Pemerintah Tiongkok juga sudah mengeluarkan alarm bahaya level ketiga akibat kekeringan parah di sana. Maklum, selain Sungai Yangtze, 66 sungai di Chongqing dilaporkan sudah benar-benar kering.

Danau penampungan terbesar di Provinsi Jiangxi juga tinggal menyimpan 30 persen air dari kapasitas totalnya. Diperkirakan, kerugian akibat gagal panen dan kekeringan di Tiongkok ini bakal mencapai 400 juta Dollar AS.

Penampakan Batu Kelaparan di Ceko

'Batu Kelaparan' di Ceko. Penanda kekeringan yang bisa berujung pada kelaparan dan gagal panen. (Minews)
'Batu Kelaparan' di Ceko. Penanda kekeringan yang bisa berujung pada kelaparan dan gagal panen. (Minews)

Saking parahnya kekeringan dan cuaca ekstrim di seluruh dunia, "batu kelaparan" yang ada di dasar Sungai Elbe yang ada di Kota Decin, Republik Ceko kembali terlihat setelah ratusan tahun tenggelam.

“Bila kamu melihat batu ini lagi, kamu akan menangis,” bunyi tulisan di batu tersebut bersama dengan sejumlah tanda dan tahun di mana kekeringan melanda dari 417 M. Tahun terakhir batu tersebut terlihat karena kekeringan adalah 1893.

Saat "batu kelaparan" terlihat pada zaman dahulu, banyak lahan pertanian yang sulit untuk mendapatkan pasokan air dengan cukup sehingga berujung pada gagal panen. Dampaknya, dunia pun mengalami krisis pangan.

Apalagi, distribusi barang dan bahan pangan yang sebelumnya bisa dilakukan lewat sungai juga nggak bisa dilakukan karena keringnya sungai. Kondisi ini bisa saja terjadi pada masa sekarang atau masa depan, bukan?

Banyaknya sungai besar yang mengering di seluruh dunia, semakin seringnya cuaca ekstrim, dan kejadian bencana alam menandakan kalau perubahan iklim sudah nggak bisa lagi kita sepelekan. Yuk kita benar-benar melakukan tindakan demi menyelamatkan alam, Millens!(Gov,Wash,Cnn,Dw,Bbc/IB09/E10)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved