Inibaru.id - Sebagai negara agraris, Indonesia mempunyai kemampuan memproduksi beras dalam jumlah banyak. Dan benar saja, beberapa waktu lalu International Rice Research Institute (IRRI) memberikan penghargaan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian.
Penghargaan tersebut diberikan karena Indonesia berhasil menciptakan ketahanan pangan nasional. Salah satunya dibuktikan dengan ketahanan lumbung beras sehingga tiga tahun tanpa impor beras umum, sebagaimana diungkapkan Direktur Supply Chain & Pelayanan Publik Perum Bulog M Suyamto.
"Dengan prestasi ini (penghargaan IRRI), artinya produksi beras nasional meningkat dan memiliki cadangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pemerintah seperti operasi pasar, tanggap darurat, bencana dan kebutuhan pemerintah lainnya," kata Suyamto, Rabu (17/8/2022).
IRRI menyerahkan penghargaan Sistem Pertanian-Pangan Tangguh dan Swasembada Beras Tahun 2019-2021 melalui Penggunaan Teknologi Inovasi Padi kepada Indonesia. Penghargaan diserahkan Direktur Jenderal IRRI Jean Balie kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Minggu (14/8).
Tiga Tahun Tanpa Mengimpor Beras
Data menunjukkan, dalam tiga tahun terakhir pemerintah nggak impor beras umum. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), total luas panen pada 2021 mencapai 10,41 juta hektare dan total produksi padi pada tahun yang sama mencapai 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG).
Nggak hanya itu, rata-rata produktivitas padi di Indonesia juga mengalami perbaikan. Produktivitas padi meningkat dari 5,13 ton per hektare pada 2020 menjadi 5,23 ton per hektare pada 2021. Swasembada beras ini memudahkan Bulog dalam menjalankan tugasnya.
Tugas Bulog tersebut di antaranya mengelola cadangan beras nasional. Dengan cadangan beras yang ada tersebut, Bulog bertanggung jawab untuk menjaga harga beras di pasar stabil.
"Pada saat panen, Bulog membeli gabah dari petani dan disimpan sebagai cadangan. Pada saat nggak panen, stok beras tersebut disalurkan untuk stabilisasi harga di tingkat konsumen," kata Suyamto.
Nah, prestasi baik ini harus dipertahankan. Menurut Suyamto, pemerintah harus terus menggenjot produksi beras, baik lewat intensifikasi maupun ekstensifikasi agar capaian baik ini bisa bertahan dalam jangka panjang.
"Perlu dilakukan diversifikasi pangan untuk mengurangi konsumsi beras. Indonesia kaya sumber karbohidrat selain beras, seperti jagung, sorgum, singkong, dan pangan pokok lainnya," kata Suyamto.
Ketahanan beras memang perlu. Ini sudah terbukti. Namun, diversifikasi pangan dengan karbohidrat alternatif seperti jagung, sagu, atau sorgum juga perlu digalakkan lo, Millens! (Medcom/IB20/E03)