Inibaru.id - Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi telah mengubah wajah dunia kerja dengan cara yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Salah satu perubahan terbesar yang telah terjadi adalah otomatisasi, di mana tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini dapat dilakukan oleh mesin dan program komputer.
Baca Juga:
Milenial Bergaya Quiet Luxury? Bisa kok!Fenomena ini telah menimbulkan kecemasan khususnya di kalangan generasi milenial yang tengah meniti karier. Mereka harus menghadapi tantangan baru dalam mempersiapkan diri untuk masa depan yang terus berubah.
Nggak jarang hal ini membuat generasi milenial merasa insecure menyangkut masa depannya. Apa kamu juga?
Jadi, salah satu alasan utama mengapa generasi milenial merasa cemas adalah kenggakpastian terkait pekerjaan mereka di era otomatisasi. Pekerjaan yang sebelumnya dianggap stabil dan berpotensi menjadi karier jangka panjang dapat dengan cepat berkurang atau bahkan hilang akibat adopsi teknologi otomatisasi. Beberapa bidang seperti manufaktur, layanan pelanggan, dan bahkan keuangan telah mengalami transformasi yang signifikan.
Selain itu, generasi milenial juga harus bersaing dengan rekan-rekan mereka untuk pekerjaan yang tersisa. Dengan peningkatan penggunaan kecerdasan buatan (AI), robotika, dan otomatisasi proses, persaingan dalam mendapatkan pekerjaan menjadi semakin ketat. Mereka harus membuktikan diri sebagai kandidat yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan yang terus saja berubah.
Perubahan Keterampilan dan Pendidikan Berkelanjutan
Perkembangan teknologi nggak hanya mempengaruhi jenis pekerjaan yang tersedia, Millens, tetapi juga mengubah keterampilan yang diperlukan untuk berhasil dalam dunia kerja. Generasi milenial mungkin merasa cemas bahwa keterampilan yang mereka kuasai saat ini akan menjadi usang di masa depan. Oleh karena itu, mereka perlu berinvestasi dalam pendidikan berkelanjutan dan pengembangan keterampilan untuk tetap relevan dalam lingkungan kerja yang terus berubah.
Hm, sepertinya generasi milenial perlu mempertimbangkan pendidikan berkelanjutan seperti mengambil kursus tambahan, mengikuti pelatihan terkait teknologi terbaru, atau bahkan kembali ke perguruan tinggi atau universitas guna meraih gelar lanjutan.
Memang, kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat akan bakal jadi aset berharga bagi generasi milenial yang pengin sukses di tengah perubahan industri yang cepat.
Mengubah Paradigma Keseimbangan Kerja-Hidup
Selain menghadapi perubahan dalam tuntutan pekerjaan, generasi milenial juga harus menghadapi perubahan dalam paradigma keseimbangan kerja-hidup.
Seperti yang kita sadari, teknologi telah memungkinkan pekerjaan untuk dilakukan dari jarak jauh, mengaburkan batas antara kehidupan profesional dan pribadi. Nah, hal ini dapat menyebabkan generasi milenial merasa sulit untuk menetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan waktu luang.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi generasi milenial untuk mengembangkan kebiasaan sehat terkait pengelolaan waktu dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Penerapan kebijakan perusahaan yang mendukung fleksibilitas kerja dan kesejahteraan karyawan juga dapat membantu mengatasi masalah ini. Satu lagi, ketimbang melulu cemas dengan keadaan, akan lebih baik jika generasi ini ulet dalam melihat kesempatan yang ada. Setuju? (Siti Zumrokhatun/E05)