Inibaru.id - Pemilihan umum masih dua tahun lagi. Tapi, di media sosial hal-hal berkaitan dengan pesta demokrasi itu sudah sering kita jumpai. Ya, selain untuk kampanye, media sosial kerap dijadikan sarana menciptakan polarisasi atau menjadi ruang ujaran kebencian demi kepentingan tertentu.
Hal itu tentu saja bisa memperkeruh suasana dan memecah-belah persatuan.
Hal negatif di media sosial tersebut bisa dilawan dengan memperbanyak konten dan narasi positif. Itulah yang menjadi pembahasan dalam webinar bertema “Ancaman Polarisasi dan Hate Speech di Ruang Digital Jelang Pesta Demokrasi” di Makassar, Sulawesi Selatan yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Dosen STIKOSA AWS Adhi Prasnowo menjelaskan pentingnya menguatkan kecakapan digital menuju pesta demokrasi dengan mengedepankan politik yang elegan serta berliterasi politik yang berkualitas.
Seiring tingginya penetrasi internet, termasuk media sosial, hal tersebut menjadi salah satu medium penting meramaikan pesta demokrasi.
Mengenali Akun Provokator
Namun, nggak jarang media tersebut digunakan untuk menyebar hoaks atau ujaran kebencian antar kontestan pesta demokrasi.
“Ada sejumlah tips untuk mengenali akun tersebut termasuk akun penyebar hoaks atau akun provokator di media sosial. Cirinya adalah akun baru dibuat, foto profil nggak asli, lini masa sosialnya selalu bertema politik, statusnya hanya menyerang satu tokoh tertentu, serta jangan terkecoh gelar yang digunakan si pemilik akun,” ujar Adhi.
Agar terhindar menjadi korban provokasi atau ujaran kebencian, Adhi menyarankan agar kita cermat dan tenang dalam menerima kabar atau membaca berita. Selanjutnya, rajin untuk memeriksa fakta sembari memeriksa keaslian situs yang membawa berita tersebut.
Generasi Muda Jangan Termakan Hoaks
Upaya lainnya adalah aktif di beberapa grup diskusi. Meski provokasi dan ujaran kebencian bakal kian menguat menjelang pesta demokrasi, menurut dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makasar Izki Fikriani, bukan berarti hal tersebut tidak bisa dicegah atau diminimalkan.
Generasi muda bisa menangkal polarisasi dan ujaran kebencian di ruang digital. Caranya dengan melakukan perlawanan lewat konten-konten positif pencegahan polarisasi dan pencegahan ujaran kebencian di media sosial.
“Generasi muda bisa membuat narasi-narasi positif tentang pentingnya menjaga persatuan dan melawan ujaran kebencian dan ikut mensosialisasikan penangkalan ujaran kebencian dan menangkal polarisasi di ruang digital,” katanya.
Sebagai netizen cerdas, kamu sudah siap menghadapi kemeriahan jelang Pemilu 2024, Millens? Ingat ya, agar nggak termakan hoaks, rajin-rajinlah cek data dan fakta! (Siti Khatijah/E05)
Artikel ini telah terbit di Media Indonesia dengan judul Jaga Ruang Digital Jelang Pesta Demokrasi dengan Konten dan Narasi Positif.