Inibaru.id – Rentetan gempa bumi di Cianjur yang disebabkan oleh Patahan Cugenang pada November 2022 membuat BMKG terus melakukan pemetaan lokasi rawan gempa di seluruh Indonesia. Salah satu hasilnya, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Heri Susanto Wibowo menyebut ada 13 sesar aktif di Pesisir Utara Jawa Tengah.
“Untuk wilayah Jateng, sebetulnya banyak sekali yang belum teridentifikasi, yang dampaknya bisa membuat kekuatan gempa yang besar, misalnya sesar di Dieng yang bisa jadi memiliki energi besar untuk yang dilepaskan,” kata Heri, Rabu (8/3/2023).
Namun begitu, pihaknya memastikan ada 13 patahan atau sesar lokal aktif yang tersebar di wilayah pesisir utara Jateng. Menurutnya, sesar ini bisa sewaktu-waktu berpotensi menimbulkan gempa bumi berkekuatan besar.
“Sesar aktif di pantai utara (pantura) itu tersebar di beberapa daerah, yakni Kabupaten Brebes, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Kota Semarang, Grobogan, Jepara, dan Pati,” kata dia.
Sesar Baribis Kendeng
Ke-13 sesar aktif di Pantura Jateng itu merupakan bagian dari Sesar Baribis Kendeng yang meliputi segmen Brebes, Weleri, Pekalongan, Pemalang, Semarang, Grobogan, Ajibarang, Rawapening, dan Kendeng. Tiap segmen memiliki panjang yang variatif.
“Wilayah pantura yang struktur tanahnya kebanyakan lunak berpotensi membuat efek guncangan gempa lebih besar,” aku Heri.
Dia menambahkan, jenis tanah lunak memang lebih berisiko ketimbang tanah keras karena bisa menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Potensi gempa tersebut, lanjutnya, akan jauh lebih besar terjadi di lokasi yang sesarnya lebih panjang.
“Semakin panjang patahan, diprediksi semakin besar potensi gempanya,” ungkapnya.
Mitigasi Gempa
Mengantisipasi ancaman yang mungkin muncul akibat 13 sesar aktif di kawasan pesisir utara Jateng tersebut, Heri mengatakan, BMKG telah berusaha sebaik mungkin untuk memperkuat mitigasi gempa. Mereka juga terus melakukan peningkatan kemampuan adaptasi masyarakat di lokasi rawan gempa.
“Kami berusaha meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama berkaitan dengan pemahaman untuk memperkuat kontruksi bangunan agar lebih tahan gempa,” terang Heri.
Untuk saat ini, pihaknya memang mengaku belum mengidentifikasi secara mendetail seberapa tahan gedung atau masjid sekolah di Jateng terhadap gempa bumi. Yang pasti, dia mengimbuhi, kalau suatu wilayah pernah mengalami gempa dan ada bangunannya yang retak, kemungkinan belum tahan gempa.
“Sebagai contoh, di Ambarawa kemarin banyak rumah yang retak; hal ini menandakan bangunan di sana tidak tahan gempa,” tandasnya.
Keberadaan 13 sesar aktif di pesisir utara Jateng itu bukanlah untuk menakut-nakuti kita yang tinggal di wilayah pantura. Sebaliknya, informasi itu adalah sarana agar kita lebih waspada dan berusaha menyiapkan mitigasi gempa untuk orang-orang tersayang. (Siti Khatijah/E07)