Inibaru.id – Karena pendidikan merupakan hal yang penting, sudah seharusnya para siswa belajar dengan nyaman. Sayangnya, hal ini nggak dialami para siswa SMKN 1 Karangjambu Purbalingga yang nggak punya gedung atau tanah untuk tempat belajar. Selama 14 tahun terakhir, mereka menginduk pada SMPN 1 Karangjambu.
Semula, ini nggak menjadi masalah. Namun, mulai berjalannya kegiatan pembelajaran tatap muka yang bertepatan dengan rehabilitasi gedung SMPN 1 Karangjambu membuat para siswa SMKN 1 Karangjambu hanya dapat "jatah" dua ruangan.
Jelas saja kelas ini nggak muat menampung ratusan siswa. Para siswa yang nggak kebagian kelas terpaksa menggunakan kios pasar sebagai lokasi belajar mengajar.
"Sudah 14 tahun sejak 2008 kami tidak punya gedung. Karena sedang rehab, kami diberi empat ruang di SMPN 1 Karangjambu, jadi anak-anak belajar di rumah warga," kata Kepala Sekolah SMKN 1 Karangjambu Muhammad Mumfasil, dikutip dari Detik, Senin (26/9/2022).
Menempati 22 Kios
Lantaran ada ratusan siswa yang nggak kebagian kelas, mereka kemudian diberi pinjaman untuk menempati 22 kios di Pasar Purbasari milik desa. Dengan membawa kursi dan meja sekolah sendiri, ratusan siswa tersebut mulai menempati kios tersebut.
"Siswa kami 183, kelas X tiga kelas, kelas XI dua kelas, dan kelas XII satu kelas. Hari ini pindah ke kios Pasar Desa Purbasari, ada 22 kios yang dipinjamkan, lebarnya masing-masing 3x3 meter," jelas Mumfasil.
Meski serba terbatas, pihaknya bersyukur semangat warga Purbasari sangat tinggi untuk memperhatikan pendidikan dengan menjadikan ruko desa sebagai sekolah sementara.
"Sekolah ini memang untuk mengakomodasi warga yang kesulitan akses untuk mencapai sekolah di luar wilayah Kecamatan Karangjambu yang kondisinya di wilayah pegunungan yang jauh dari kota," lanjut dia.
Baca Juga:
Empat Cara Membersihkan Sepatu PutihDia berharap pemerintah memberi perhatian agar para pelajar SMKN 1 Karangjambu bisa belajar lebih nyaman.
"Jangan sampai anak-anak dari Karangjambu yang semangatnya luar biasa itu tidak mendapatkan fasilitas akses layanan pendidikan yang optimal seperti yang lainnya, karena mereka juga anak bangsa punya masa depan yang sama," pungkasnya.
Bagaimana pun, belajar di pasar bagi sebagian siswa bukanlah hal yang menyenangkan. Justru, ramainya kondisi pasar sebagai tempat transaksi jual-beli bisa mengganggu konsentrasi.
Salah seorang siswi, Titin mengungkapkan kesulitannya untuk belajar di kios pasar yang dijadikan tempat belajar darurat itu.
“Di kios pasar ruangannya sempit dan bising sehingga cukup mengganggu dan susah untuk konsentrasi dalam belajar,” ujar Titin dikutip dari Media Indonesia, Senin (26/9).
Lahan Sudah Disiapkan Pemkab
Untungnya, Pemkab Purbalingga sudah menyiapkan lahan seluas 1 hektare (ha) untuk pembangunan gedung SMKN 1 Karangjambu, Kecamatan Karangjambu, Millens. Tanah tersebut merupakan tanah kas desa. Pembangunan ini bakal dimulai tahun depan jika nggak ada hambatan.
“Kami sudah siapkan lahan untuk dihibahkan untuk pembangunan sekolah tersebut," kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, mengutip Serayunews, Selasa (27/9).
Tiwi, begitu dia biasa disapa, mengaku saat ini pemkab tengah membahas bagaimana ketentuan secara yuridis untuk hibah tanah kas desa tersebut. Hal ini mengacu Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 1 Tahun 2018.
Sementara, anggaran pembangunan nantinya akan diambil dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng, karena sekolah menengah dan kejuruan berada di bawah naungan pemprov. Saat ini, Pemkab Purbalingga sedang melakukan komunikasi intens dengan pihak Pemprov Jateng.
Mm, memang nggak enak sih belajar di tengah hiruk-pikuk pasar yang ramai. Semoga pembangunan gedung SMKN 1 Karangjambu ini bisa lekas dilaksanakan ya, Millens! (Siti Zumrokhatun/E03)