Inibaru.id – Tinggal di Kota Semarang dan cukup sering melintas di depan Masjid Kauman, tapi baru kali ini saya mampir di Aloon-Aloon Semarang yang berada tepat di depan masjid bersejarah tersebut. Sejak resmi dibuka awal 2022 lalu, kawasan yang dulu bagian dari Pasar Johar ini memang menjadi molek. Namun, entah kenapa kesempatan itu baru datang sekarang.
Masih lekang dalam ingatan gimana macetnya jalanan di depan Aloon-Aloon ini. Para pedagang, pejalan kaki, dan penjual tumplek blek di kawasan tersebut. Tapi, sekarang berbeda. Setelah direvitalisasi, lokasi ini kini menjadi tempat yang rapi dan ramah kunjung, dengan ruas jalan dan parkian yang cukup luas.
Menyambangi Aloon-Aloon bersama seorang teman dari Blora, saya merasa terkesan dengan penataannya yang enak dipandang. Fasilitasnya lengkap dan seperti kebanyakan alun-alun, kawasan berada di bilangan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah itu juga menyediakan ruang lapang berumput nan luas.
Sejarawan Semarang Jongkie Tio melalui bukunya, Kota Semarang Dalam Kenangan, pernah bilang bahwa alun-alun di Semarang umumnya berupa tanah lapang yang luas dengan pohon beringin tumbuh di salah satu sudutnya. Ini selaras dengan bentuk Aloon-Aloon yang sekarang.
Kawasan Bersejarah dengan Tampilan Baru
Riwajat Semarang, buku terkenal karangan jurnalis zaman kolonial Liem Thian Joe menunjukkan fakta bahwa Alun-Alun Semarang telah berdiri sejak abad ke-17. Dalam buku terbitan 1934 itu, Liem mengatakan bahwa kawasan ini berada di dekat kanjengan atau pusat pemerintahan dan penjara.
Orang-orang yang menunggu waktu besuk ke penjara biasanya berteduh di bawah pohon johar yang banyak tumbuh di sekitar tempat itu. Lokasinya yang strategis juga membuat masyarakat setempat menjual hasil buminya di sana.
Baca Juga:
Renjana Badut-Badut Pesta di Kota LunpiaPendirian Pasar Johar pada 1939 kian membuat kawasan alun-alun sempit dan nggak teratur. Alun-alun berubah menjadi "pasar" yang dikenal sebagai Pasar Yaik. Presiden RI ke-1 Sukarno akhirnya membuat "alun-alun" baru di ujung Jalan Oei Tiong Ham (Jalan Pahlawan) pada 1969, yang kini lebih dikenal sebagai Lapangan Pancasila atau Simpanglima.
Keberadaan Simpanglima sebagai pusat aktivitas baru di Kota Semarang pun lambat laun membuat alun-alun lama semakin nggak terurus. Puncaknya, kebakaran hebat melanda Pasar Johar dan sekitarnya pada 2015.
Ide merevitalisasi alun-alun lama pun muncul setelahnya. Seingat saya, prosesnya berlangsung selama lima tahun hingga 2020. Kawasan yang diresmikan Presiden Jokowi awal Januari 2022 itu pun diberi nama Aloon-Aloon, sebagaimana ejaan lama "alun-alun".
Belanja, Olahraga, dan Makan
Semula saya berpikir, apa yang menarik dari sebuah alun-alun selain untuk jogging dan berlarian di tanah lapang? Namun, Aloon-Aloon rupanya menyajikan hal yang jauh berbeda. Laiknya Pasar Semawis di Pecinan saban weekend, kawasan ini rupanya juga telah disulap menjadi pusat kuliner yang keren.
Datanglah ke Aloon-Aloon pada akhir pekan (Jumat-Minggu), maka kamu akan menemukan Festival Kuliner Kauman yang dijamin bikin kamu nggak pengin cepat pulang. Dengan puluhan lapak yang ada, kamu bakal dimanjakan oleh pelbagai jenis masakan zadul dan kekinian yang menanti.
Oya, kalau membawa kendaraan pribadi, kamu bisa memarkirkannya di basement (bawah lapangan), bahu Jalan Aloon-Aloon Barat, atau selasar Masjid Agung Kauman. Saya memilih parkir di basement yang terlindung dari hujan dan menurut saya paling aman.
Kami tiba sekitar pukul 16.00 WIB, cukup sore untuk melihat anak-anak bermain sepak bola di lapangan atau bercakap singkat dengan sepasang muda-mudi yang tengah nyore sembari mematut diri di depan kamera nggak jauh dari parkiran.
"Ini baru kali pertama ke sini," ucap Septian Ari Pratama ramah, menyambut pertanyaan saya. "Kami penasaran sih, seperti apa Aloon-Aloon Semarang yang sekarang.”
Saya rupanya nggak sendirian. Banyak juga yang baru kali itu ke Aloon-Aloon. Joko yang tengah bersantai bersama istri sembari mengawasi ketiga anaknya di tengah lapangan juga mengaku baru kali itu ke Aloon-Aloon. Dia sengaja mengajak keluarganya berwisata kuliner di tempat tersebut.
"Makanan di sini ternyata variatif banget. Kami tadi sampai bingung mau milih yang mana," akunya sembari menunjukkan jajan hasil buruan mereka di Festival Kuliner Kauman.
Aloon-Aloon pada Malam Hari
Seperti Joko, saya pun sempat kebingungan memilih kudapan pengganjal perut macam apa yang sebaiknya kami coba. Hampir semuanya pengin saya cicipi, mulai dari kuliner tradisional seperti nasi glewo, nasi krawu, dan satai kere yang jarang ada di Semarang hingga kuliner kiwari (kekinian) seperti corn dog, churros, telur gulung, atau satai taican yang bikin ngiler abis.
Oya, untuk yang belum tahu, di Aloon-Aloon kamu juga bisa berbelanja di basement karena ada "pasar bawah tanah" di sana. Para pedagangnya merupakan eks Pasar Yaik Permai dan Yaik Baru. Sayang, saya nggak sempat ke sana karena hari sudah gelap dan kami keburu lapar.
Setelah beberapa menit berputar-putar, kaki kami pun berhenti di depan lapak korean food yang berdiri tepat di seberang Masjid Agung Kauman. Lapaknya yang berwarna merah terus mengaurkan aroma kuah pedas gochujang yang bikin tambah lapar.
Kami pun mengantre. Diana, sang empunya lapak, menyambut kami dengan semringah. Sembari meladeni pembeli, perempuan sigap ini mengatakan, dia secara khusus diminta pengurus Masjid Agung Kauman untuk menempati lapak tersebut.
"Menurut mereka (pantia masjid), makanan nyeleneh ini (korean food) belum ada di Festival Kuliner Kauman. Ya sudah, kami nurut saja. Alhamdulillah selalu ramai,” terangnya.
Satu hal yang menarik dari Festival Kuliner Kauman adalah sistem pengacakan yang panitia terapkan untuk penempatan lapak. Satria Akmal, penjual minuman dingin di salah satu lapak itu mengungkapkan, lapak akan diacak per tiga bulan. Harga sewanya 900 ribu rupiah per bulan.
"Kalau pas apes seperti saya sekarang, ya sedih karena lapaknya sepi," ungkapnya, diiringi dengan senyum getir. "Kebetulan saya dapat lapak sebelahan dengan orang yang jual es juga."
Meski menurut saya sistem acak ini merupakan cara paling adil, sedih juga mendengarkan cerita mereka yang lapaknya sepi. So, buat kamu yang nggak punya acara pada akhir pekan, main ke sini, dong!
Kalau kamu suka keramaian, datanglah pada Sabtu atau Minggu. Namun, kalau pengin lengang dan menikmati wisata kuliner dengan tenang, silakan datang pada Jumat petang. Oya, saran terakhir, waktu terbaik bertandang ke sini adalah pada malam hari karena suasananya oke banget!
Eits, karena ini musim penghujan, ada baiknya kamu bawa payung, ya! Jangan sampai hujan membuyarkan perburuanmu di Festival Kuliner Kauman Aloon-Aloon Semarang, Millens! (Kharisma Ghana Tawakal/E03)