Inibaru.id - Kabupaten Demak dengan Kudus dipisahkan oleh satu aliran sungai yang pada awal Februari lalu sempat "mengamuk", yakni Sungai Wulan. Untuk melintasi sungai ini, orang-orang biasanya memanfaatkan Jembatan Tanggulangin yang menghubungkan jalur utama Demak-Kudus.
Namun, sejatinya ada satu jembatan lagi yang cukup vital keberadaannya bagi masyarakat setempat, yakni Jembatan Setro Waru. Berbeda dengan infrastruktur Tanggulangin yang terbuat dari baja, Setro Waru hampir seluruhnya berbahan kayu.
Seperti namanya, jembatan yang buka selama 24 jam itu menghubungkan Desa Setrokalangan di Kudus dan Desa Kedungwaru Lor di Demak. Pembuatan jembatan ini merupakan swadaya masyarakat, yang dibangun untuk mempersingkat perjalanan warga, khususnya para pekerja pabrik dan anak sekolah.
"Dulu, jembatan ini hanya bisa dilalui satu sepeda motor, tapi kini sudah bisa berpapasan (dua kendaraan) dari arah berlawanan," kata Muhdi, penjaga Jembatan Setro Waru yang saya temui beberapa waktu silam.
Unik, tapi Bikin Ngeri
Perlu kamu tahu, Jembatan Setro Waru terbentang sepanjang lebar Sungai Wulan yang mencapai 70-an meter. Terbuat dari kayu dengan lebar nggak lebih dari 2,5 meter, jembatan ini nggak dibangun cukup tinggi di atas sungai, tapi terapung di permukaan air.
Yap, kamu nggak salah baca! Jembatan ini memang dibuat melandai dan terapung dengan landasan pelampung atau lebih dikenal sebagai jembatan ponton. Teknologi ini sudah ada sejak lama. Dalam Histories penulis Yunani Herodotus pernah mencatat beberapa jembatan ponton yang pernah dibuat para penguasa dunia, salah satunya adalah Xerxes Pontoon Bridge yang diciptakan pada 480 SM.
Jembatan ini dibuat atas perintah penguasa Persia Xerxes I untuk menginvasi Yunani. Menggunakan jembatan terapung, putra dari Darius ini mengirimkan pasukan besarnya dari Timur Tengah menyeberangi Hellespont (sekarang dikenal sebagai Selat Dardanella di Turki) menuju Eropa.
Nah, melintasi Jembatan Setro Waru ini, saya jadi merasakan gimana rasanya menjadi pasukan Xerxes sewaktu menyeberangi Hellespont, lo! Ha-ha. Awalnya, ada perasaan ngeri dan takut saat kali pertama memacu sepeda motor di atas jembatan, tapi setelahnya baik-baik saja, kok!
Cukup Kokoh untuk Dilalui
Meski berangka kayu, menurut saya Jembatan Setro Waru cukup aman dan kokoh untuk dilalui. Saat Sungai Wulan meluap lalu mengakibatkan banjir besar di Kudus dan Demak pada Februari lalu, jembatan ini tetap bergeming; nggak hanyut dan hanya mengalami kerusakan kecil.
"Saat (sungai) banjir, jembatan ini akan mengikuti kenaikan debit air, jadi relatif aman. Waktu itu (banjir pada Februari), alhamdulillah baik-baik saja. Hanya rusak sedikit. Asalkan dari Desa Setrokalangan nggak banjir, kendaraan masih bisa lewat," terang Muhdi.
Perbaikan pada 2023, dia menambahkan, memang menjadikan Jembatan Setro Waru jauh lebih kokoh. Jembatan yang sebelumnya hanya bisa dilalui satu sepeda motor secara bergantian juga kini bisa dilintasi dua kendaraan sekaligus.
"Jembatan ini berdurasi lima tahun. Kami selalu rawat dan pantau kondisinya, terutama pas musim hujan tiba," tukasnya. "Untuk biaya operasional, kami menarik ongkos Rp2.000 per kendaraan, tapi gratis untuk anak sekolah. Sehari bisa 500-600 kendaraan (yang melintas)."
Oya, di Willemstad, Ibu Kota Curaçao, ada destinasi wisata ikonik berupa jembatan ponton bernama Koningin Emmabrug atau Jembatan Ratu Emma yang selalu ramai pengunjung. Kalau Jembatan Setro Waru bisa jadi destinasi wisata, menarik juga kali ya? Ha-ha. (Sekarwati/E03)