Inibaru.id – Sekitar 2,5 kilometer barat daya dari Titik 0 Kilometer Yogyakarta, ada sebuah kalurahan dengan nama yang cukup menarik, yaitu patangpuluhan. Kalau diartikan dari Bahasa Jawa, arti dari nama kalurahan ini adalah 40-an. Penasaran nggak kok bisa namanya begitu?
Kalau kamu pikir nama kalurahan ini berarti warganya kebanyakan berusia 40-an, itu nggak tepat, Millens. Soalnya, nama dari kalurahan yang masuk Kapanewon Wirobrajan ini sebenarnya berasal dari salah satu laskar prajurit Keraton Yogyakarta. Nama laskar tersebut adalah Prajurit Patangpuluh.
Mengapa namanya patangpuluh yang berarti 40? Kalau menurut Harianjogja, Jumat (20/10/2023), ternyata kisah dari laskar ini terkait dengan Kesultanan Demak Bintoro. Saat kesultanan tersebut masih eksis, ada pasukan elit yang jumlahnya hanya 40 orang. Karena elit, tugasnya juga nggak main-main, yaitu mengawal Sultan Demak.
Pemimpin dari pasukan ini adalah seorang Manggolo Yudho namun disebut dengan Lurah Tamtomo. Dia didampingi oleh dua orang Pengapit atau ajudan, seorang Wiro Tamtomo, serta tiga Bintoro dalam melaksanakan tugasnya.
Kasultanan Demak runtuh pada 1554. Tapi, kasultanan ini kemudian melahirkan Kesultanan Pajang yang kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Kesultanan Mataram Islam pada 1586. Meski laman resmi dari Keraton Yogyakarta nggak mengungkap secara pasti adanya sejarah ini, tapi sejumlah pihak menduga bahwa Laskar Prajurit Patangpuluh ini tetap digunakan sebagai pasukan elit kesultanan.
Selain itu, keberadaan Kalurahan Patangpuluhan juga dulu difungsikan sebagai tempat bagi para prajurit tersebut bermukim. Apalagi, lokasinya cukup dekat dengan bangunan keraton sehingga jika sewaktu-waktu mereka dibutuhkan, bisa segera datang.
Di tempat asalnya, yaitu Demak, sampai sekarang nama Prajurit Patangpuluhan masih cukup populer, lo. Alasannya, setiap kali Grebeg Besar diadakan pada 10 Dzulhijjah, laskar ini pasti dilibatkan dalam gelaran tersebut. Mereka ditugaskan mengawal minyak jamas pemberian dari Bupati Demak ke sesepuh Kadilangu atau ahli waris Sunan Kalijaga. Minyak jamas inilah yang dipakai untuk menjamas pusaka Sunan Kalijaga.
Balik lagi ke pembahasan nama kampungnya, Millens. Meskipun secara administratif Kalurahan Patangpuluhan masuk dalam wilayah Kapanewon Wirobrajan, kalurahan inilah yang jadi “ibu kota” kecamatan tersebut. Oleh karena itulah, jangan heran kalau di kalurahan ini kamu bisa menemukan kantor kecamatan, puskesmas, hingga pasar.
Yap, terkuak sudah mengapa sampai ada nama Kalurahan Patangpuluhan di Yogyakarta. Ternyata, sejarahnya cukup menarik, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)