BerandaTradisinesia
Senin, 29 Sep 2025 09:01

Methil, Tradisi Panen Padi yang Unik di Sragen, Jawa Tengah

Penulis:

Methil, Tradisi Panen Padi yang Unik di Sragen, Jawa TengahArie Widodo
Methil, Tradisi Panen Padi yang Unik di Sragen, Jawa Tengah

Tradisi methil saat panen padi di Sragen, Jawa Tengah. (Radarmadiun/Bagus Rahadi)

Dengan melakukan tradisi methil setiap kali panen padi, warga percaya hasil panen di kemudian hari bakal semakin melimpah.

Inibaru.id - Siapa sangka, di era modern seperti sekarang masih ada tradisi turun-temurun yang dijaga rapi oleh para petani di Sragen, Jawa Tengah. Salah satunya adalah tradisi methil, ritual panen padi yang dilakukan sebagai wujud syukur sekaligus harapan agar hasil panen melimpah.

Tradisi ini masih dijalankan oleh Kelompok Tani (Poktan) Ngudi Luhur di Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, dan sudah berlangsung 17 kali secara berturut-turut.

Kalau kamu penasaran, apa sih methil itu? Intinya, methil adalah tradisi panen perdana yang unik dan penuh makna. Para sesepuh petani memetik beberapa batang padi, lalu mengikatnya menjadi dua jenis yang disebut “padi laki-laki” dan “padi perempuan”, atau lebih kerennya disebut padi pengantin.

Sepasang batang padi ini kemudian diarak keliling sawah sambil didoakan bersama-sama oleh para petani. Ritual ini dipercaya membawa berkah dan keberuntungan untuk hasil panen yang akan datang.

Ketua Poktan Ngudi Luhur Suharno mengatakan tradisi methil ini bukan cuma soal ritual semata, tapi juga bagian dari ilmu leluhur yang membawa dampak nyata bagi para petani.

“Dulu hasil panen hanya sekitar 5 ton per hektare, tapi setelah rutin melakukan methil, hasilnya meningkat hingga 7-8 ton, bahkan ada yang sampai 9 ton per hektare,” ujarnya sebagaimana dilansir dari Espos, Kamis (25/9/2025).

Tradisi methil diyakini bisa meningkatkan hasil panen di kemudian hari. (Joglosemarnews/Wardoyo)
Tradisi methil diyakini bisa meningkatkan hasil panen di kemudian hari. (Joglosemarnews/Wardoyo)

Selain itu, Suharno juga menyebut bahwa sejak tradisi ini dijalankan, gangguan hama seperti tikus jadi lebih terkendali. Meskipun hama tetap ada, jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan wilayah lain yang tidak menjalankan methil. Ini tentu jadi kabar baik bagi petani yang mengandalkan hasil panen sebagai sumber penghidupan.

Dalam pelaksanaan methil yang ke-17 pada 25 September 2025 itu, sejumlah pejabat daerah, termasuk Bupati Sragen Sigit Pamungkas, dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen sampai tertarik untuk menilik langsung. Bupati Sigit mengaku teringat tradisi methil yang pernah ia saksikan saat kecil, karena orang tuanya juga seorang petani.

"Methil ini wujud syukur atas panen sehingga hasilnya akan ditambah oleh Allah SWT," ungkap Bupati Sigit.

Lebih dari itu, bupati juga mengapresiasi konsistensi Poktan Ngudi Luhur yang berhasil melestarikan tradisi methil hingga 17 musim panen. Menurutnya, menjaga tradisi seperti ini bukan hal mudah, apalagi di zaman sekarang.

Jadi, kalau kamu main ke Sragen dan melihat ada petani yang mengarak sepasang padi dengan doa-doa, jangan heran! Itu dia tradisi methil, ritual unik yang bukan cuma jadi tanda panen sudah tiba, tapi juga lambang rasa syukur dan harapan petani agar sawahnya selalu diberkahi hasil melimpah. Semoga saja, tradisi ini terus lestari ya, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved