Inibaru.id – Senyum warga Desa Sinduagung, Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah merekah lebih besar dari biasanya saat musim durian tiba. Pada masa itulah, buah durian berkualitas tinggi melimpah di kampung mereka. Berkat rajanya buah tersebut, mereka bisa mendapatkan rezeki yang lebih banyak dari waktu-waktu lainnya sepanjang tahun.
Tahu bahwa musim panen durian yang biasanya berlangsung pada Maret hingga Mei membawa berkah, warga Desa Sinduagung pun melakukan tradisi larung durian sebagai wujud atas banyaknya hasil bumi yang mereka dapatkan. Tradisi ini dilakukan dengan meriah layaknya festival yang menarik perhatian siapa saja, termasuk warga dari luar desa atau wisatawan dari luar daerah.
Sejak pagi, warga Sinduagung sudah siap dengan baju tradisional aneka warna. Mereka sudah menenteng tumpeng yang terdiri atas nasi kuning serta ayam ingkung. Dari pintu masuk desa, mereka mengarak tumpeng tersebut bersama dengan gunungan durian, dupa, dan sesaji lainnya.
Pawai semakin meriah dengan alunan musik dari bambu yang bertalu-talu. Warga dengan penuh semangat berjalan ke Kali Kawung yang ada di dekat area persawahan.
Sungai itulah yang dipercaya warga sebagai sumber dari segala berkah berupa hasil bumi melimpah di desa tersebut. Alasannya, dari aliran sungai tersebut, warga bisa mengairi kebun-kebun duriannya.
Begitu sampai di sungai, warga duduk bersama. Di depan para sesepuh yang akan merapalkan doa, gunungan durian ditempatkan berderet-deret. Setelah doa selesai dibacakan, durian tersebut kemudian ditumpahkan ke aliran sungai untuk dicuci bersama-sama. Durian itu kemudian dimakan bersama oleh warga.
Selain dimakan, ada sejumlah durian yang dipakai untuk atraksi hiburan. Sejumlah warga yang nggak memakai baju tidur di atas durian yang berduri. Uniknya, mereka nggak terluka sedikitpun. Durian yang mereka tindih juga nggak rusak.
“Tradisi larung durian ini adalah wujud syukur dari warga Sinduagung atas nikmat yang diberikan Allah. Maklum, kalau sedang musim panen, setiap harinya di Sinduagung bisa memroduksi 12 ribu buah durian,” ungkap Kepala Desa Sinduagung Sukiman sebagaimana dilansir dari Flickr Wonosobo, (28/3/2014).
Dengan jumlah durian yang melimpah itulah, warga pun bisa mendapatkan penghidupan yang layak.
“Selain padi, durian memang jadi sumber ekonomi warga kami. Nah, dengan tradisi larung durian ini, kami pengin menjadikan desa kami lebih dari sekadar tempat mencari durian, melainkan juga tempat wisata,” lanjut Sukiman.
Menarik banget ya, Millens, tradisi larung durian di Desa Sinduagung. Kalau sedang musim durian lagi, Cobain deh datang ke sana. Kapan lagi kan bisa membeli buah durian berkualitas sekaligus bisa melihat tradisi yang menarik? (Arie Widodo/E05)
