Inibaru.id – Bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya, Teluk Awur dikenal sebagai sebuah desa yang memiliki pantai pasir putih yang indah. Lokasinya ada di Kecamatan Tahunan, sekitar 4 kilometer dari pusat kota Jepara.
Ukuran desa ini cukup kecil, yakni hanya sekitar 126 hektare saja. Bahkan, desa ini hanya terbagi menjadi 1 RW dan 5 RT saja. Meski begitu, di balik kecilnya luas desa ini, ada cerita sejarah yang cukup besar dari desa tersebut.
Semua bermula dari pasangan suami istri Syaikh Abdul Aziz Al Jundani dan Den Ayu Roro Kemuning. Syaikh Abdul Aziz Al Jundani dikenal dengan sebutan lain, yaitu Syaikh Jondang, sementara Den Ayu Roro Kemuning dikenal sebagai salah seorang murid dari Sunan Muria. Saking cantiknya wajah Den Ayu Roro Kemuning, Syeikh Jondang sampai melukis wajahnya. Lukisan tersebut kemudian sering dia bawa ke mana-mana.
Keduanya tinggal di Desa Jondang, Kecamatan Kedung, Jepara. Di desa itu pulalah, kamu bisa menemukan makam Syaikh Jondang, Millens.
Sayangnya, lukisan tersebut tiba-tiba tertiup angin hingga terbang cukup jauh sampai ke daerah Teluk Bodolangu, lokasi yang kini dikenal sebagai Teluk Awur. Nah, pemimpin dari Teluk Bodolangu adalah Jogowongso. Dia menemukannya dan jatuh cinta dengan sosok cantik yang ada pada lukisan tersebut.
Singkat kata, Jogowongso memerintahkan seorang prajurit untuk mencari tahu siapa sosok cantik yang ada pada lukisan tersebut. Tatkala sudah berhasil ditemukan, Jogowongso pun mengungkap niatnya untuk menikahi Den Ayu Roro Kemuning.
Bukannya langsung berkata jujur kalau dirinya sudah memiliki suami, Den Ayu Roro Kemuning justru memakai cara lain untuk menolak Jogowongso secara halus. Dia meminta Jogowongso mencari kerang yang bisa menari jika ditaruh di atas meja. Jika berhasil, dia mau menikahinya.
Lebih dari itu, Jogowongso juga diminta menanggalkan baju kerajaannya dan mengenakan pakaian nelayan pada umumnya saat mencari kerang tersebut.
Syaikh Jondang yang bingung dengan istrinya yang hilang secara tiba-tiba mencarinya ke mana-mana dengan memainkan kentrung. Nah, saat mendengar suara tersebut, Den Ayu Roro Kemuning langsung mengetahui keberadaan suaminya dan meminta prajurit untuk memanggil Syaikh Jondang datang ke kerajaan.
Nggak disangka, Den Ayu Roro Kemuning meminta suaminya mengenakan baju kerajaan yang sebelumnya dipakai Jogowongso sehingga mereka berdua pun dikira sebagai pemimpin yang asli. Saat Jogowongso kembali ke kerajaan untuk berkata bahwa dia gagal mencari kerang yang diminta Den Ayu Roro Kemuning, dia justru dianggap sebagai penyusup dan ditangkap prajurit karena memakai pakaian nelayan biasa.
“Pas Jogowongso ditangkap prajurit itulah, dia berteriak ‘awur’, ‘awur’ yang artinya keliru. Sejak saat itulah, desa ini dikenal sebagai Teluk Awur. Sementara itu, nama Teluk Bodolangu kini hanya dikenal sebagai nama salah satu dukuh di desa ini saja,” ungkap Kepala Adat Desa Teluk Awur Muzakin sebagaimana dikutip dari Betanews, (12/3/2023).
Hm, nggak disangka ya, Millens, nama sebuah desa tercipta dari sebuah kekacauan yang disebabkan oleh seorang perempuan cantik. Kamu sendiri pernah main ke Pantai Teluk Awur, Jepara belum, nih? (Arie Widodo/E10)