Inibaru.id – Solo menjadi salah satu pusat perkembangan budaya Jawa. Meski kental dengan budaya Jawa, kota ini ramah terhadap budaya lain. Dengan keberadaan penduduk Tionghoa di Solo, beberapa tradisi pun mengalami akulturasi. Salah satu tradisi itu adalah Grebeg Sudiro.
Grebeg Sudiro adalah tradisi mengarak gunungan berisi kue keranjang berkeliling kota. Nantinya, warga boleh berebut mengambil kue itu. Biasanya kirab dimulai dan berakhir di Pasar Gedhe.
Kirab budaya Grebeg Sudiro. (Antara Foto)
Nantinya, gunungan akan melewati Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, pertigaan Lojiwetan, Jalan Kapten Mulyadi, perempatan Ketandan, Jalan RE Martadinata, Jalan Cut Nyak Dien, Jalan Juanda, perempatan Warung Pelem, dan Jalan Urip Sumoharjo.
Baca juga: Sambut Imlek 2019, Kota-Kota Ini Punya Gawe
Setelah tiba lagi di Pasar Gedhe, warga diperbolehkan berebut kue keranjang. Rebutan ini bukannya nggak memiliki arti, lo. Untuk mendapatkan rezeki atau mencapai keinginannya, manusia sudah seharusnya berjuang. Pesan inilah yang ingin disampaikan melalui Grebeg Sudiro.
Menurut Lurah Sudiroprajan Daliman, Grebeg Sudiro menjadi simbol persatuan dan gotong-royong masyarakat Solo. Selama kirab, warga juga dihibur dengan beragam atraksi seperti barongsai dan tari-tarian. Para pemain barongsai ini terdiri atas warga keturunan Tionghoa dan Jawa, lo. Duh, benar-benar melambangkan persatuan ya.
Tradisi Grebeg Sudiro di Pasar Gedhe. (Antara Foto)
Pengin menyaksikan tradisi ini secara langsung? Datanglah ke Imlek Festival 2019. Festival ini mulai digelar Jumat, 25 Januari hingga Minggu, 5 Februari. Puncak acara rencananya akan digelar Minggu, 27 Januari. Kalau pengin ke sana, siapkan dulu uang saku karena ada banyak makanan yang bisa kamu coba.
Hayo, berangkat kapan, nih, Millens? (IB15/E05)