Inibaru.id – Terletak di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang ada sebuah mata air yang bernama Sendang Kalimah Toyyibah. Sendang ini masih berada satu komplek dengan makam Syekh Hasan Munadi, penyebar agama Islam dan pendiri Masjid Subulussalam di Ungaran.
Jangan kaget kalau kamu ke sini. Pasalnya, tempat ini nggak hanya dikunjungi wisatawan lokal, tapi banyak juga pengunjung dari mancanegara. Yap, keberadaan sendang ini terdengar hingga ke Malaysia, Singapura, hingga negara Asia lain.
Baca Juga:
Masjid Tertua di Indonesia, Ada di Mana?Sendang Kalimah Toyyibah ini buka setiap hari selama 24 jam nonstop. Namun hindari waktu ramai seperti malam Jumat dan wekeend.
Apalah sebuah tempat wisata tanpa mitos. Katanya nih, sendang yang airnya nggak pernah kering ini memiliki khasiat menyembuhkan pelbagai penyakit. Bukan cuma itu, rezeki bisa lancar, awet muda, dan ketenangan batin juga dipercaya menjadi nilai plus dari sendang ini.
Namun seorang penjaga Sendang Kalimah Toyyibah menegaskan bahwasanya sendang hanya perantara. Adapun semua mukjizat itu berasal dari Sang Pencipta.
Orang-orang yang mengharapkan keajaiban itu banyak yang melakukan ritual yaitu mandi di sendang. Ada dua sendang yang telah dipisahkan yaitu untuk laki-laki dan untuk perempuan. Meski bakal mandi dengan sesama jenis, pengunjung nggak diperkenankan mandi tanpa busana.
Aturannya, mandi dengan melilitkan sarung di badan. Kamu juga nggak perlu membawa sarung dari rumah karena di sana ada penyewaan sarung. Tarifnya, Rp 1000 per sarung. Murah bukan?
Eits, awas mandi kelamaan, Millens. Pasalnya, air sendang ini sangat menyegarkan badan. Ada pohon beringin berusia puluhan tahun di dekat sendang yang bikin teduh. Hm, mandi di alam terbuka memang punya sensasi beda ya?
Satu informasi yang perlu kamu tahu, sendang Kalimah Toyyibah ini biasanya termasuk satu paket wisata religi dengan Makam Syekh Hasan Munadi. Sebelum berziarah, pengunjung bakal diarahkan menuju sendang untuk mandi dan membersihkan diri. Setelah itu, pengunjung bisa menuju ke makam untuk berziarah. Tenang saja, lokasi sendang cukup berdekatan dengan makam, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Soal harga tiket masuk, pengelola nggak mematok nominal tertentu. Pengunjung tinggal memasukkan sumbangan ke dalam kotak amal yang nantinya menjadi sumber perawatan sendang, makam, dan masjid. Eh, ada juga penginapan gratis atau berbayar untuk orang-orang yang pengin beristirahat lo.
Wah, benar-benar wisata religi yang menarik di punggung gunung ya? Kapan nih berkunjung ke sana, Millens? (Det,Sia/IB31/E05)