Inibaru.id – Laiknya kupat dan opor ayam yang rutin disajikan saat Lebaran, legondo juga dinanti-nanti kehadirannya oleh masyarakat Dusun Sabrang Rowo, Desa Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Bagi mereka, kurang lengkap rasanya jika nggak ada penganan ini saat hari raya.
Karena sudah dianggap sebagai penganan 'wajib' saat Lebaran, warga Dusun Sabrang Rowo rela mengolah legondo pada malam takbiran. Mereka bahkan bisa memasaknya sampai larut malam. Alasannya, demi memastikan legondo tersaji saat Lebaran.
Saking populernya legondo di sana, biasanya nggak butuh waktu lama jajanan ini habis disantap keluarga dan tamu yang bertandang. Wah, beneran makanan favorit ternyata.
Kalau kamu penasaran dengan kudapan ini, untungnya sekarang nggak harus menunggu sampai Lebaran untuk mencicipinya. Kamu bisa kok datang ke Dusun Sabrang Rowo dan menemui Bu Suad Albaroroh. Perempuan ini sering membuat legondo untuk kebutuhan acara istimewa.
Pernah sekali waktu Bu Suad nggak membuat legondo saat lebaran. Tamu-tamu yang hadir ke rumah terlihat agak kecewa karena kudapan inilah sangat mereka rindukan.
"Ya tamu keluarga gelo (kecewa). Legondo dicari-cari. Kalau di tempat lain, lemper sudah biasa. Tapi ini legondo yang khas," ujarnya sebagaimana dilansir dari Suara. (06/4/2022)
Butuh Ketelatenan
Sayangnya, menurut Bu Suad pula, kini tinggal sedikit warga yang membuat legondo. Maklum, proses pembuatannya membutuhkan ketelatenan dan harus ekstra sabar.
Padahal, bahan-bahan utama pembuatan legondo tergolong simpel. Ada beras ketan, pisang, santan, dan gula. Bahan ini nggak sulit diolah dan mudah dicari di berbagai tempat.
Kalau kamu pegin membuatnya sendiri, ikuti saja cara ini. Pertama, beras ketan yang sudah direndam kemudian diaron (dimasak setengah matang) bersama santan. Setelah matang, beras ketan dimasak kembali dengan cara dikukus.
Usai dikukus, ketan dibungkus dengan daun pisang dan atasnya diberi irisan pisang kepok kuning atau pisang raja. Setelah itu, legondo dibungkus dengan daun pisang yang diikat dengan tali dari serat bambu.
Filosofi Tiga Tali
Kalau kamu cermati, tali pengikat bungkus legondo selalu berjumlah tiga. Ternyata, hal ini ada artinya lo. Tiga ikatan memang sudah menjadi pakem dari legondo yang menggambarkan ikatan manusia pada unsur Allah, Rasulullah, dan manusia itu sendiri.
Ketiga ikatan ini harus kuat dan seimbang. Selain itu, ikatan legondo haruslah yang meninggalkan bekas lekukan. Oleh karena itulah, biasanya pengikat legondo adalah laki-laki yang dianggap lebih kuat secara fisik.
Selain dianggap sakral, tiga ikatan legondo yang rapi juga dianggap sebagai cara untuk memuliakan tamu. Semakin rapi tampilan legondo, semakin dihargai pula tamu yang bertandang dan mencicipi penganan tersebut.
Kalau kamu sedang berkunjung di Borobudur, coba sempetin mampir deh ke rumah Bu Suad. Siapa tau beliau sedang memasak legondo sehingga bisa mencicipinya. (Kharisma Ghana Tawakal/E07)