Inibaru.id – Berbagai kesenian berkembang di wilayah Banyumas, lengger banyumasan menjadi salah satunya. Tarian lengger banyumasan ini merupakan kesenian tradisi dari masa sebelum dan sesudah kemerdekaan yang masih eksis hingga sekarang. Sudah cukup tua, bukan?
Tarian lengger banyumasan merupakan tarian pergaulan yang nggak memiliki aturan dalam menari. Jadi bisa dikatakan tarian ini merupakan ekspresi yang dikeluarkan oleh penari mengikuti irama musik.
Merupakan warisan nenek moyang atau leluhur masyarakat Banyumas, kesenian lengger zaman sekarang biasanya dijadikan sebagai hiburan dan seni pertunjukan. Sudah jarang bisa dijumpai, lengger banyumasan ini dapat kamu lihat pada acara hajatan, hari besar, penyambutan tamu terhormat dan festival budaya di Jawa Tengah. Padahal pada awalnya, lengger merupakan bagian dari ritual (sakral) dalam upacara baritan (upacara syukuran keberhasilan/pascapanen).
Sebenarnya jenis kesenian semacam lengger banyumas ini tersebar di banyak daerah lain. Mungkin di daerah kamu juga ada, hanya saja bentuknya yang berbeda. Misalnya nih, ronggeng, gandrung Banyuwangi, dombret Karawang, cokek Jakarta, gambyong Keraton, tayub, teledhek Wonosari, sintren Pesisiran, dan sebagainya. Nah, bedanya lengger Banyumas dengan tari-tarian lain tersebut terletak pada struktur koreografi, bentuk penyajiannya, juga alat musik iringan dan lagu-lagu yang dinyanyikannya.
Baca juga:
Bedhaya Ketawang, Tarian Sakral dari Keraton Surakarta
Menyayat Bambu, Menciptakan Bunyi Melung-melung, Jadilah Calung Banyumasan
Jumlah penari lengger biasanya dua hingga empat orang. Para penari tersebut, supaya terlihat menarik akan berdandan sedemikian rupa. Wajah mereka akan dirias cantik degan rambut kepala disanggul. Untuk pakaian, mereka menggunakan kain jarit atau stagen dari leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka dan dilengkapi selendang yang dikalungkan di bahu.
Musik pengiringnya berupa calung banyumasan, dengan lagu dan syair tembang bahasa Jawa dialek banyumasan yang dinyanyikan sinden. Zaman dahulu pertunjukan lengger biasanya dipentaskan semalam suntuk. Diadakan saat tengah malam hingga pagi menjelang subuh. Namun kini, pementasannya dilakukan pada siang hari.
Selain itu, dilansir dari successfarmer.blogspot.co.id, lengger banyumasan dalam pertunjukannya terbagi menjadi empat babak atau adegan dengan durasi setiap babak sekitar 10 menit. Diawali babak gambyongan atau babak lenggeran, babak badhutan atau bodhoran, babak ebeg-ebegan, dan yang terakhir adalah babak baladewan. Kalau kamu sudah pernah nonton kesenian semacam lengger Banyumas, biasanya ada banceran yaitu ketika penonton lelaki ikut menari bersama lengger dengan memberi uang (sawer). Dalam lengger Banyumas, kamu akan menemukan adegan sawer tersebut pada babak lenggeran.
Eh, tapi kamu tahu nggak, dulu sebenarnya penari lengger itu adalah lelaki yang berdandan seperti perempuan, lo. Berbeda dengan saat ini, mayoritas yang menjadi penari lengger adalah perempuan. Sedangkan penari lelakinya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana karena tingkahnya yang lucu. Meskipun sebenarnya masih ada juga yang menggunakan lelaki sebagai penarinya, tapi sangat jarang ditemui.
Nah, ternyata hal tersebut juga berkaitan dengan asal mula nama lengger itu sendiri. Mengutip dinporabudpar.banyumaskab.go.id, kata lengger merupakan jarwa dhosok bahasa Jawa yang berasal dari kata diarani leng jebule lengger (dikira babon/ayam betina ternyata jengger/ayam jantan) yang berarti dikira perempuan ternyata lelaki. Ini karena dalam penampilannya lelaki berdandan ala perempuan.
Baca juga:
Tanam Tembakau Petani Itu Diawali dengan Ritual Among Tebal
Tari Angguk Masih Menarik Disajikan
Seiring berjalannya waktu, secara berangsur-angsur tarian lengger ini ditarikan oleh para perempuan dengan istilah ronggeng yang merupakan jarwa dhosok berasal dari kata ronging ketunggeng. Rong yang berarti gua/lubang dan ketunggeng yang menggambarkan binatang yang suka menyengat. Ini lantaran dahulu seorang penari ronggeng dalam menari sering mendapatkan saweran dari penonton yang akhirnya berbuntut ajakan kencan.
Namun bagi yang melihat dari sisi agama, nama lengger di ambil dari kata eleng/eling yang berarti “ingat” dan ngger yang berarti “nak” (sebutan untuk seorang anak). Itu dapat diartikan “ingatlah nak” atau seruan untuk menggingat pada kebaikan dan mengingat kebesaran Tuhan. (ALE/SA)