BerandaTradisinesia
Sabtu, 25 Okt 2025 17:57

Bukan Sekadar Kerbau, Ini Alasan Kenapa Mahesa Lawung Solo Selalu Kubur ‘Kebodohan’ di Hutan Angker!

Bukan Sekadar Kerbau, Ini Alasan Kenapa Mahesa Lawung Solo Selalu Kubur ‘Kebodohan’ di Hutan Angker!

Sesaji Mahesa Lawung. (iMNews/Won Poerwono)

Tradisi ini melibatkan kirab kepala kerbau yang selama hidupnya nggak pernah membajak sawah dan belum pernah kawin.

Inibaru.id - Gez, tahu nggak sih kalau Keraton Kasunanan Surakarta punya satu ritual tahunan yang sangat sakral dan telah dipertahankan selama berabad-abad? Namanya Sesaji Mahesa Lawung. Ini bukan hanya upacara adat biasa, tetapi ritual adat Keraton yang utama, bertujuan memohon keselamatan dan supaya seluruh negeri terhindar dari segala macam mara bahaya, atau dikenal sebagai Wilujengan Nagari.

Tradisi kuno yang sudah menjadi agenda pokok Keraton ini memiliki ketetapan waktu yang ketat. Pelaksanaannya selalu jatuh pada hari Senin atau Kamis, berdasarkan perhitungan kalender Jawa, yakni pada bulan Suro atau Bakda Mulud setiap tahun. Kepatuhan terhadap hari baik ini menunjukkan betapa pentingnya bagi Keraton untuk menjaga keseimbangan dan harmoni kosmis.

Prosesi ritual ini selalu diawali dari jantung Keraton. Berbagai sesaji yang telah disiapkan dikeluarkan pada pukul 9 pagi dari Dalem Gondorasan, sebutan untuk dapur keraton. Sesaji kemudian dibawa ke Sitihinggil Keraton untuk didoakan. Prosesi awal ini menandakan bahwa persiapan spiritual dan lahiriah untuk ritual telah rampung.

Setelah didoakan, rombongan dari keraton yang terdiri dari sekitar 500 abdidalem memulai perjalanan. Mereka menempuh jarak kurang lebih 20 km menuju kawasan Alas Krendawahana. Hutan yang terletak di Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, ini merupakan titik final dan lokasi penguburan sesaji.

Doa bersama yang dilakukan ejumlah kerabat Keraton Kasunanan Surakarta di Sithinggil Alas Alas Krendowahono Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng), Senin (20/10/2025).(Kompas/Romensy Augustino)
Doa bersama yang dilakukan ejumlah kerabat Keraton Kasunanan Surakarta di Sithinggil Alas Alas Krendowahono Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng), Senin (20/10/2025).(Kompas/Romensy Augustino)

Kenapa harus Alas Krendawahana? Hutan ini terkenal dengan keangkerannya dan dipercaya sebagai tempat bersemayamnya sosok gaib penting, yaitu Bathari Kalayuwati, yang juga diidentikkan sebagai Dewi Durga. Bathari Kalayuwati diyakini sebagai pelindung gaib bagi Keraton Surakarta di bagian utara. Persembahan ini adalah upaya menjaga keseimbangan kosmis papat kiblat lima pancer.

Inti dari Mahesa Lawung adalah kepala kerbau (sirah mahesa). Kerbau yang dipilih haruslah Mahesa Lawung, yaitu kerbau jantan muda yang masih perjaka dan belum pernah dipekerjakan. Pemilihan hewan yang murni dan berharga ini melambangkan pengorbanan tertinggi. Kepala kerbau tersebut dihias dengan bunga melati, sepasang sumping gajah oling, dan ditutup dengan kain kafan sebelum dikuburkan.

Nah, ini bagian yang paling mind-blowing. Kepala kerbau yang dikubur memiliki makna filosofis mendalam: melambangkan kebodohan. Dalam pandangan Jawa, kerbau identik dengan istilah bodho longa-longo, simbol kebodohan yang pasrah. Dengan mengubur simbol ini, Keraton secara eksplisit menyampaikan petuah agar masyarakat Jawa mampu memendam dan memberantas kebodohannya.

Ritual ini juga dikenal sangat inklusif. Selain kepala kerbau dan empat telapak kakinya, sesaji lain yang harus disertakan adalah walang atogo (berbagai jenis belalang). Belalang secara simbolis mewakili rakyat kecil atau rakyat jelata. Dengan menyertakan simbol rakyat, Keraton menegaskan bahwa keselamatan negara harus mencakup perlindungan dan kesejahteraan semua lapisan masyarakat.

Akar Mahesa Lawung ini konon sudah ada sejak era Mataram Hindu, jauh sebelum berdirinya Keraton Surakarta. Tradisi ini adalah bentuk kearifan lokal tak berwujud yang diwariskan turun-temurun, mengandung panduan etika dan moral. Intinya adalah penekanan pada harmoni antara manusia, alam, dan hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.

Pada akhirnya, Mahesa Lawung berfungsi sebagai pengingat kuat bahwa keselamatan kolektif sebuah negara berawal dari pengekangan kebodohan dan upaya terus-menerus mencari kebijaksanaan. Ini adalah harapan Keraton agar generasi muda mampu menjadi penopang bangsa dengan bekal pengetahuan dan etika. Keren kan, tradisi leluhur Solo ini? (Siti Zumrokhatun/E05)


Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved