Inibaru.id - Ada beberapa tujuan orang datang ke Tugu Soeharto di saat Malam Satu Suro. Tujuan yang mungkin banyak orang tahu dan sudah ada sejak dahulu adalah untuk melakukan tradisi kungkum atau berendam di sungai Kaligarang, Semarang.
Tapi, rupanya nggak semua orang yang ada di situ melakukan tradisi kungkum, lo. Keramaian yang ada di sekitar Tugu Soeharto yang berlokasi di Jalan Menoreh Raya, Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur itu juga lantaran adanya pasar tiban.
Pasar tiban bisa diartikan sebagai pasar dadakan atau yang tiba-tiba ada karena adanya momentum tertentu. Nah, pasar tiban di Tugu Soeharto ada juga karena ada tradisi kungkum di sana beberapa waktu lalu.
Jalanan umum yang biasanya dilewati kendaraan roda dua maupun empat di sana seketika berubah jadi pasar. Setiap sudut jalan tersebut dipenuhi lapak-lapak penjual makanan, minuman kekinian, pakaian, aksesoris dan lainnya.
Lurah Bendan Duwur RBAS Wahyu Mahardi mengakui tradisi kungkum di wilayahnya jadi magnet yang menguntungkan. Saban tahun, dia mendesain kegiatan Malam Satu Suro dengan pelbagai acara.
"Ada doa bersama, bubur suro, pentas seni budaya. Kegiatan malam suro disini memang beragam," kata lelaki yang akrab disapa Wahyu tersebut pada Inibaru.id.
Ketiban Rezeki
Tampaknya, tradisi kungkum itu membawa kebahagiaan tersendiri bagi para pedagang, salah satunya Ahmad Riadi. Dia terlihat ceria dan sesekali menebar senyum ke sesama pedagang di sampingnya. Dia yakin malam Satu Suro dirinya bakal meraup pundi-pundi rupiah dari hasil menjajakan kaos kaki.
Riadi, begitu dia disapa, sering berjualan bersama istrinya di sekitar Tugu Soeharto ketika malam Satu Suro. Hal itu dia lakukan karena ratusan orang dari berbagai pelosok Semarang tumpah ruah untuk sekedar menantikan tradisi kungkum.
"Sebelum ada pasar tumpah seperti sekarang, paling pas Malam Satu Suro yang biasa jualan hanya tukang gorengan," kenang lelaki yang lahir di Kelurahan Bendan Duwur tersebut.
Seiring berjalannya waktu, warga di kampungnya semakin kreatif. Mereka mampu mengemas tradisi kungkum bukan sekedar menjaga warisan leluhur.
"Penjualan disini lumayanlah. Bisa menggerakan ekonomi rakyat. Kalau cuaca terang, pedagang pun senang," imbuh Riadi.
Perasaan serupa turut dirasakan Suryati. Dia mengaku senang karena orang-orang keluar berduyun-duyun datang ke Tugu Soeharto karena langit terang benderang.
"Alhamdulillah ini nasi pecel dan gorengan banyak yang beli," singkat Suryati sembari tersenyum lebar.
Sekadar Nonton
Karena ada keramaian plus pasar dadakan, maka ada banyak orang yang datang ke Tugu Soeharto hanya untuk jalan-jalan sore atau malam. Beberapa anak muda secara gamblang menyatakan hanya ingin menonton tradisi tersebut sekaligus berwisata kuliner.
"Nggak mas, cuman pengen tahu aja. Tadi ke sini sekitar jam 9 (malam). Sengaja datang buat lihat-lihat dan sambil jajan bareng sama pacar," kata Andrik Purwanto, seorang pengunjung dari Kelurahan Bendan Ngisor.
Ada juga segerombolan remaja yang duduk di bantaran Sungai Kaligarang bukan untuk mengikuti tradisi kungkum, melainkan sekadar melepas penat.
"Cuman nongkrong sama teman-teman. Karena ada keramaian sambil main-main gitar di sini," tukas seorang remaja yang enggan disebutkan namanya.
Itulah kira-kira suasana yang ada pada saat tradisi kungkum di Tugu Soeharto. Selain banyak orang yang melestarikan tradisi, banyak pula pedagang yang kecipratan rezeki dan masyarakat yang terhibur. (Fitroh Nurikhsan/E10)