Inibaru.id – Hajatan, kenduri, atau selamatan di kalangan masyarakat Jawa hampir nggak pernah lepas dari cangkingan berupa nasi putih porsi besar didampingi lauk dan sayur kering. Nasi berkat namanya. Namun, selain nasi berkat, sejumlah wilayah di Jawa juga mengenal nasi atau sego plontang.
Beda dengan nasi berkat yang diwadahi besek bambu atau yang modern memakai kardus, nasi plontang biasa diletakkan dalam takir, wadah dari daun pisang dan janur yang dibentuk menyerupai perahu. Karena keunikan bungkusnya ini, orang juga menamainya nasi takir atau takir plontang.
Di Jawa Tengah, nasi plontang bisa kamu temukan di Kabupaten Sragen. Sementara di Jawa Timur, penganan ini cukup terkenal di Kediri, Tulungagung, dan Trenggalek. Makanan ini menjadi syarat atau hidangan wajib dalam perhelatan penting di desa, misalnya jamuan peringatan malam 1 Suro.
So, jangan menyamakan nasi plontang laiknya nasi rames, megono, atau jamblang yang banyak dijual di warung pinggir jalan ya, Millens! Keberadaan penjual nasi plontang yang semakin langka membuatnya hanya bisa dinikmati saat hajatan desa atau tradisi daur hidup manusia, yakni kelahiran dan kematian.
Nasi Uduk dengan Berbagai Lauk
Dibanding nasi berkat, sego plontang memang lebih jarang ditemukan. Di Sragen, sego plontang hanya akan disajikan pada momen tertentu. Dikutip dari Solopos (21/1/2021), masyarakat Sragen memakai nasi plontang untuk menjamu tamu saat bancaan atau sedekah kelahiran, kematian, dan pernikahan.
Sekretaris Desa Krikilan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Aries Rustioko mengatakan, saat ini sego plontang jarang ditemukan dalam keseharian, meski dia berharap suatu saat bisa menjualnya untuk umum dan dikenal sebagai kuliner khas Sragen.
“Semoga, suatu saat sego plontang bisa jadi kuliner khas Sangiran (Sragen) selain bukur,” jelasnya.
Jika nasi berkat identik dengan nasi putih, agak berbeda dengan nasi plontang. Sajian ini terasa lebih spesial karena menggunakan nasi uduk atau orang Jawa bilang, nasi gurih sebagai salah satu kondimen utamanya.
Untuk membuat nasi uduk, beras dimasak dengan air santan yang sudah diberi bumbu rempah. Nah, sebagai pelengkap nasi plontang, orang-orang umumnya menambahkan ayam suwir, kedelai hitam goreng, ikan wader, rempeyek kacang tanah, dan kerupuk.
Kaya Rasa, Sarat Makna
Bukan tanpa alasan nasi plontang disajikan dengan wadah takir. Oya, sebelumnya, perlu kamu tahu, masyarakat Jawa punya beberapa cara untuk membungkus makanan, di antaranya adalah pincuk, tum, tempelang, sudi, samir, pinjung, sumpil, pasung, dan takir.
Khusus untuk takir yang berbentuk seperti biduk atau perahu, wadah ini merupakan simbol kehidupan yang terus mengalir, seperti kapal yang diombang-ambing nasib. Selama lajunya benar dan menempuh jalur yang baik, isi yang ada di dalam bahtera itu bakal utuh.
Inilah salah satu alasan kenapa takir digunakan sebagai wadah nasi plontang, yang biasa diberikan orang sebagai sarana bersedekah, mempererat hubungan antartetangga, hajat besar berupa syukur kepada Tuhan, dan bagian dari “perayaan” daur hidup manusia.
Gimana, menarik kan nasi plontang asal Sragen ini? Selain rasanya yang dijamin bikin lidah bergoyang, penganan yang biasa disajikan dalam porsi satu orang ini rupanya juga memiliki makna mendalam, ya? Kalau ke Sragen, silakan berburu masakan ini sendiri, ya! (Siti Khatijah/E07)