Inibaru.id – Kalau kamu pergi ke acara syukuran, khususnya di daerah Jawa, pasti kamu bakal menemukan bubur sengkolo yang memiliki warna merah dan putih. Rasanya yang manis dan gurih, tentu saja sangat nikmat bila disantap selagi hangat.
Bubur sengkolo sering dijumpai dalam berbagai acara syukuran seperti selamatan, hajatan acara pernikahan, lahiran, syukuran Tahun Baru Islam, dan acara lainnya.
Bagi orang Jawa, doa saja nggak cukup. Butuh semacam penguat yang direpresentasikan ke dalam beberapa sajian, termasuk bubur sengkolo.
Keberadaan bubur sengkolo menjadi perlambang kesungguhan manusia untuk menguatkan doa yang dipanjatkan sehingga kemungkinan terkabulnya lebih besar.
Biasanya sih, bubur sengkolo ini disajikan dengan berbagai jenis makanan lainnya, seperti ayam ingkung atau tumpeng.
Omong-omong ya, bubur sengkolo ini dibuat dari beras putih yang direbus dengan air santan dan diberi sedikit garam serta daun pandan agar wangi. Beras putih dimasak hingga teksturnya berubah menjadi bubur. Kalau untuk membuat bubur yang berwarna merah, biasanya sih diberi campuran gula merah untuk mendapatkan warnanya.
Kata sengkolo berasal dari kata morwakala yang berarti menghilangkan bala. Jadi orang Jawa percaya, bubur sengkolo diyakini sebagai penolak bala dan menghindarkan manusia dari kesialan.
Penyajian bubur sengkolo dalam acara syukuran tentu saja memiliki makna yang berbeda-beda. Misalnya, pada syukuran memperingati kelahiran seorang bayi, bubur sengkolo yang berwarna merah dan putih menjadi simbol kehidupan yang baru.
Menurut cerita, warna merah dalam bubur sengkolo menjadi perumpamaan indung telur, sementara bubur putih diibaratkan sebagai sperma. Artinya bubur ini diibaratkan orang tua yang dijadikan perantara seorang anak memulai kehidupannya di dunia.
O ya, selain itu bubur ini memiliki arti ungkapan doa dan berserah diri kepada Sang Pembuat Kehidupan. Bubur sengkolo diibaratkan sebagai perwujudan manusia yang terdiri dari tulang dan darah.
Betewe, dalam acara syukuran, saudara dan tetangga berkumpul untuk mendoakan hal-hal baik bagi mereka yang punya hajat. Kemudian, bubur sengkolo ini bisa dinikmati sesudah dibacakan doa.
Terkadang bubur sengkolo juga dibagikan kepada saudara dan tetangga menggunakan wadah yang bermacam-macam seperti piring, mika plastik, sampai yang paling zadul; takir.
Kalau kamu, pernah mencicipi bubur sengkolo ini nggak, Millens? (Res, Mer, Vol/IB32/E05)