inibaru indonesia logo
Beranda
Kulinary
Menguak Lamanya Proses Pembuatan Brem Khas Madiun
Minggu, 17 Sep 2023 13:00
Penulis:
Bagikan:
Brem, jajanan dan oleh-oleh khas Madiun. (Twitter/Ptinka)

Brem, jajanan dan oleh-oleh khas Madiun. (Twitter/Ptinka)

Proses pembuatan jajanan khas Madiun, brem, ternyata membutuhkan waktu cukup lama lo. Memangnya, apa saja sih tahapan dari pembuatan oleh-oleh khas Madiun ini?

Inibaru.id – Kamu sering naik transportasi umum seperti bus atau kereta ke Jawa Timur, Millens? Kalau iya, pasti sering melihat jajanan khas Madiun yang satu ini. Namanya brem dan memiliki rasa yang unik. Nah, salah satu jenama brem yang paling populer adalah brem Suling Gading.

Pemilik usaha pembuatan brem tersebut, Nurshiam, mau menceritakan tentang proses pembuatan jajanan yang kerap dijadikan oleh-oleh tersebut. Ternyata, proses pembuatan brem di tempat usahanya yang berlokasi di Jalan Sulawesi Nomor 43, Madiun ini masih dengan cara manual.

“Proses pembuatan brem ini membutuhkan waktu seminggu. Bahan bakunya adalah 1 kuintal beras ketan yang direndam selama satu jam. Setelah itu, beras ketannya dinanak dan dijadikan tape,” terang Nurshiam sebagaimana dikutip dari Detik, Jumat (21/10/2022).

Setelah beras ketan mampu diubah menjadi tape, tape beras ketan ini kemudian diperas. Nah, sari air tape beras ketan yang berwarna putih ini kemudian direbus sampai warnanya kecokelatan. Setelah itu, sari air tape beras ketan ini kemudian diblender sekitar 1 jam sampai kental dan berubah kembali warnanya menjadi putih.

Proses pembuatan brem bisa sampai seminggu. (Lingkarmadiun)
Proses pembuatan brem bisa sampai seminggu. (Lingkarmadiun)

Air sari tape beras ketan ini kemudian dituang ke nampan berukuran besar dengan ukuran ketebalan sekitar 1 sentimeter untuk didinginkan. Saat itu, wujudnya mulai mengeras dan bisa disebut sebagai brem. Meski begitu, brem ini harus dijemur di bawah sinar matahari dulu.

“Setelah itu barulah brem yang keras ini dikemas ke dalam wadah. Setiap wadah brem memiliki harga bervariasi. Ada yang Rp 3ribu sampai Rp4 ribu untuk rasa original. Ada juga brem dengan kemasan besar yang kami banderol Rp7 ribu sampai Rp 8 ribu,” lanjut Nurshiam.

Omong-omong, jajanan dengan sensasi dingin dan rasa asam serta manis ini kabarnya sudah eksis sejak zaman penjajahan Belanda. Beda dengan pada masa sekarang di mana brem bisa dikonsumsi siapa saja, kabarnya camilan ini dulu hanya dikonsumsi oleh kalangan kelas atas.

Terkait dengan alasan mengapa brem lebih populer sebagai jajanan oleh-oleh khas Madiun, hal ini disebabkan oleh pada 1980-an, banyak pedagang asongan yang menjualnya di terminal bus dan stasiun kereta api. Berkat para pedagang asongan itu pula, brem jadi populer seantero Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Betewe, kamu suka nggak nih nyemil brem, Millens? Kalau mampir ke area Jawa Timur, jangan lupa membelinya, ya? (Arie Widodo/E05)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved