Inibaru.id - Selalu ada kenangan yang berkesan dan membekas dari masa kecil. Mungkin buku belajar mengaji Iqro yang jamak digunakan orang semasa kanak-kanak menjadi salah satunya. Bagaimana bisa nggak berkesan, buku berukuran kecil dan tipis bersampul warna-warni itu telah berjasa menemani banyak orang belajar membaca Al-qur'an.
FYI, Iqro merupakan nama metode belajar Al-Qur'an dengan cepat yang menekankan langsung pada latihan membaca. Buku ini terdiri atas enam jilid, dimulai dari yang sederhana, tahap demi tahap pada tingkatan yang sempurna.
Baca Juga:
8 Adab Membaca Alquran DigitalBelajar Al-Qur'an dengan metode Iqro kali pertama digunakan di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) untuk anak 7-12 tahun yang ada di Kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. Dinilai sangat efektif, metode dan buku Iqro lantas menyebar ke seluruh pelosok negeri, bahkan ke negeri jiran: Malaysia dan Singapura.
Nah, jika kamu adalah salah seorang pengguna buku tersebut, pasti nggak asing dengan sosok gambar pria tua kurus berkacamata dengan memakai setelan jas dan peci hitam yang selalu muncul di sampul akhir buku Iqro. Dialah sang pencipta metode Iqro atau Bapak Iqro, KH As'ad Humam.
Di dunia pendidikan, jasanya sangat besar karena tingkat keberhasilan metode Iqro cukup fantastis. Dalam sebuah studi yang dilansir Republika, efektivitasnya mencapai 89,9 persen bagi anak usia Taman Kanak-Kanak dalam waktu enam hingga 18 bulan.
“Lewat sistem Iqro, KH As’ad Humam telah menyelamatkan masyarakat dari kebutaan terhadap Quran. Beliau adalah pahlawan penyelamat Quran,” kata Menteri Agama periode 1993-1998 Tarmizi Taher.
Mengenal KH As'ad Humam
Sosok Bapak Iqro ini sempat ramai diperbincangkan netizen yang kebanyakan milenial dan zilenial. Mereka penasaran siapakah sebenarnya KH As'ad Humam yang gambarnya ada di sampul belakang buku Iqro.
Dihimpun dari beberapa sumber, KH As'ad Humam memiliki nama asli As'ad. Humam adalah nama ayahnya, KH Humam Siraj. Anak kedua dari tujuh bersaudara itu lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. KH As'ad Humam dulu bekerja sebagai pedagang barang imitasi di pasar Bringharjo, Malioboro, Yogyakarta.
Lelaki yang akrab disapa Pak As itu bertubuh kecil dan kurus. Dirinya mengalami cacat fisik sejak usia 18 tahun karena jatuh dari pohon. Tulang belakangnya juga mengalami pengapuran. Karena ini dia putus sekolah, terhenti di kelas dua Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam keterbatasannya, Pak As berusaha mencari metode yang bisa membantu orang-orang untuk belajar Al-Qur'an. Pada 1983, Pak As dan 17 pemuda mendirikan Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musala (AMM) yang bertujuan menggerakkan masjid dan musala untuk menyelenggarakan tadarus. Inilah cikal-bakal metode Iqra.
“Pak As secara intensif mulai menulis. Pohon jambu yang ada di samping rumahnya menjadi saksi bisu betapa sangat tekun dan sabarnya Pak As dalam mencari cara-cara efektif pengajaran membaca Al-Qur'an,” kata salah seorang Tim Tadarus AMM Budiyanto, dilansir dari Kumparan.
Bertahun-tahun lamanya, semangat Pak As semakin membuncah. Gerakan itu semakin masif saat Tim AMM menyelesaikan buku Iqra, suatu metode membaca Al-Qur'an yang mudah, cepat, dan praktis.
KH As’ad Humam mengembuskan napas terakhirnya tepat pada bulan Ramadan, 2 Februari 1996 dalam usia 63 tahun. Kala itu, jenazahnya disalatkan ribuan jemaah di Masjid Baiturahman Selokraman Kota Gede, Yogyakarta.
Itu dia sekelumit cerita tentang Bapak Iqro, seseorang memiliki semangat pantang menyerah, kegigihan, dan dedikasi tanpa henti untuk kebaikan umat. Semoga metode Iqro yang dia temukan bisa jadi amal jariyah untuknya ya, Millens! (Siti Khatijah/E07)