Inibaru.id - Ada banyak media atau sarana yang bisa digunakan untuk menyampaikan gagasan. Pada aksi "Semarang Climate Striker 2023" beberapa waktu lalu di Balai Kota Semarang, Wahyu Aji menggunakan media dongeng untuk menyuarakan kegelisahannya terhadap kondisi alam dewasa ini.
Wahyu Aji kala itu merupakan perwakilan dari Extinction Rebellion Indonesia. Di depan audience yang kebanyak anak-anak, lelaki berkacamata itu mengemas dongeng dengan dialog yang sesekali disisipi cerita jenaka.
Meski bukan seorang pendongeng profesional, cerita-cerita Wahyu Aji mendapat sabutan positif dari para penonton.
"Belum ada judul. Tadi saya mendongeng, menyampaikan fenomena perusakkan lingkungan yang selama ini sudah terjadi dan terus terjadi," katanya.
Saat mendongeng, dia memilih binatang sebagai tokoh utamanya. Bukannya tanpa alasan, binatang dipilih karena hutan yang menjadi habitat bernaung bagi beragam fauna sering kali dikorbankan.
"Masyarakat desa atau adat turut terusir akibat pengalihan lahan dengan dalih pembangunan," ungkapnya dengan rasa kesal.
Berharap Bisa Menggugah
Dongeng merupakan salah satu bentuk hiburan yang disukai anak-anak. Oleh karena itu, lelaki 26 tahun itu memilih media dongeng dalam menyampaikan kegelisahannya soal perubahan iklim.
Dia berharap, suara atau aspirasinya bisa dipahami dan menggugah hati anak-anak sehingga mereka bisa berpartisipasi dalam merawat bumi. Sebab di masa depan, merekalah yang akan melanjutkan kehidupan.
"Bisa aja kan kondisi bumi di tahun nanti semakin memburuk, kalau kita tidak ada upaya secara konsisten dalam menjaga bumi," ungkapnya.
Menurutnya, suara-suara soal perubahan iklim harus terus digaungkan. Anak-anak muda harus jadi garda terdepan untuk ambil bagian menyelamatkan bumi dari pemanasan global, kenaikan permukaan air laut dan masih banyak yang lainnya.
Selain dongeng, aksi "Semarang Climate Striker 2023" yang dikomando oleh Jaringan Peduli Iklim dan Alam (Jarilima) ini turut menampilkan fashion show anak-anak dengan menggunakan kostum-kostum unik.
Anak-anak secara bergiliran unjuk gigi berjalan bak model. Rupanya kostum yang dipakai oleh mereka itu memiliki pesan secara tersirat.
"Mereka buat (desain) sendiri didampingi guru. Pesannya bahwa setiap anak merasakan dampak perubahan iklim," terang Koordinator Jarilima.
Hm, ada banyak cara kreatif yang bisa kita lakukan untuk menyuarakan isi hati dan pikiran terkait isu lingkungan ya, Millens? Dongeng dan fashion show anak-anak adalah salah satu contohnya. Kalau kamu punya cara kreatif yang lain nggak? (Fitroh Nurikhsan/E10)