Inibaru.id – Kampung-kampung di kawasan perkotaan yang berada di dekat bantaran rel kereta api biasanya identik dengan lokasi yang kumuh dan penuh dengan masalah sosial. Hal ini berlaku di RW 3 dan 4 Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap sebelum 2017. Saat itu, banyak orang yang enggan untuk bertandang atau lewat kawasan tersebut.
Bagaimana nggak, di sana sering terjadi tawuran anak muda akibat pengaruh minuman beralkohol. Ditambah dengan adanya tempat pembuangan sampah (TPS) di bantaran rel dengan panjang sekitar 210 meter tersebut, kesan kumuh pun semakin kuat di sana.
Masa-masa kelam kampung pinggiran rel kereta api berubah sejak 2017 silam. Muhlasin, salah satu warga di sana menceritakan bahwa titik balik perubahan kampung itu ada pada saat Presiden Joko Widodo mencanangkan tempat itu menjadi Kampung KB.
“Dulu Pak Presiden mencanangkan Kampung KB pada akhir 2016. Awal 2017, warga pun secara swadaya mulai tergerak untuk membenahi kawasan ini,” ungkap laki-laki 58 tahun tersebut sebagaimana dilansir dari Suara, Rabu (26/10/2022).
Warga Berbenah
Warga langsung fokus ke tiga hal yaitu pembenahan bantaran rel kereta api, tempat pembuangan sampah, dan lokasi yang jadi tempat remaja berkumpul untuk mabuk-mabukan. Mereka kemudian membentuk Kampung Gadis yang merupakan akronim dari Guyub, Aman, Damai, Indah, Sejahtera.
“Dari situlah, masyarakat mengubah bantaran rel kereta ini menjadi taman yang bersih dan indah,” ujar laki-laki yang menjabat sebagai Ketua Umum Kampung KB Gadis Tegalreja tersebut sebagaimana dilansir dari Republika, Jumat (28/10).
Perubahan kawasan bantaran rel kereta api yang awalnya terkesan kumuh menjadi rapi ternyata ikut mempengaruhi pola pikir warga sekitar. Kini para warga selalu menjaga kebersihan area tersebut. Para remaja pun sungkan untuk mabuk-mabukan di sana.
Membuat Taman Hidroponik
Di lingkungan yang tepat, ide-ide kreatif pun bermunculan. Warga terpikir untuk membangun taman hidroponik agar kawasan bantaran rel Kampung Gadis jadi lebih produktif. Ide ini sampai terdengar oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap. Perusahaan ini pun menggelontorkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung masyarakat mewujudkan ide tersebut.
Pada 2019, Greenhouse untuk taman hidroponik tersebut sudah berdiri. Meski begitu, baru 3 warga yang berminat untuk menjadi petani di tempat tersebut. Lambat laun, jumlah petaninya semakin bertambah dan kini menjadi 20 orang. Mereka menanam pokcoy, selada air, seledri, dan cabai merah.
“Sudah ada 10 rangkaian pipa dengan 128 lubang tanaman sayur di setiap rangkaian. Setidaknya, satu rangkaian hidroponik bisa memproduksi 30 sampai 40 ikat sayuran dalam waktu satu setengah bulan,” cerita Kasiatun, salah seorang petani dari RT 1/3 Kelurahan Tegalreja.
Kini, taman hidroponik tersebut mampu menghasilkan omzet Rp500 ribu setiap kali panen. Warga juga senang karena lokasi tersebut sering kedatangan pengunjung dari daerah lain yang pengin melihat dan belajar secara langsung kegiatan warga. Stigma kampung kumuh dan penuh dengan kenakalan remaja pun hilang.
Kegiatan positif yang dilakukan warga Kampung KB Gadis di Kelurahan Tegalreja Cilacap ini memang pantas untuk ditiru ya, Millens. (Arie Widodo/E10).