Inibaru.id – Di Karangtengah, Wonogiri, ada tradisi yang dianggap sebagai biang keladi pernikahan anak. Namanya Tunggon. Yap, di sini seorang laki-laki datang menunggui calon istrinya hingga nanti siap menikah.
Masa menunggui ini bermacam-macam. Bisa bulanan, bisa juga bertahun-tahun. Salah seorang warga Karangtengah yang dulu melakukan praktik Tunggon adalah Wakiman.
Dia dan istri saat itu dijodohkan orang tua. Dia bercerita bahwa zaman dulu nggak ada anak yang berani menentang keinginan orang tua. Namun sekarang, umumnya yang masih melakukan Tunggon karena jatuh cinta. Jadi, si anak sendiri yang meminta kepada orang tuanya untuk melakukan Tunggon.
Hal ini seperti yang terjadi pada cucu Wakiman. Gadis belia yang baru lulus SMP itu mengaku siap untuk ditunggui kekasihnya yang berusia 22 tahun. Wakiman mengaku nggak bisa berbuat banyak selain menyetujui keinginan cucunya. Pasalnya, keluarga mereka kesulitan jika harus melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA yang letaknya lumayan jauh.
Meskipun begitu, dia setuju jika pemerintah hendak melarang praktik Tunggon. “Kalau pemerintah mau melarang Tunggon, saya mendukungnya. Memang sudah tidak zamannya lagi seperti itu. Jangan ada lagi anak di bawah umur menjalani Tunggon,” tandas dia sebagaimana dikutip dari Detik (28/8/2022).
Akses Pendidikan Sulit
Banyaknya anak yang nggak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga akhirnya memilih menikah, diakui Wakiman karena di desanya nggak tersedia sekolah lanjutan.
Bayangkan, untuk menuju SMA atau SMK, warga harus menuju Baturetno yang berjarak 20 km. Ini bukanlah jarak yang dekat.
“Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor lulusan SMP tidak melanjutkan sekolah. Persentase yang melanjutkan ke SMA atau SMK apalagi ke perguruan tinggi sangat rendah. Sebagian bekerja seadaanya, membantu orang tua di ladang. Kalau bekerja di sektor formal kan butuh keahlian khusus,” ungkap Camat Karangtengah Tri Wiyatmoko.
Untuk itu, pihaknya mengusulkan agar di kecamatan tersebut dibangun SMA atau sekolah sederajat.
Belum Terealisasi
Hingga 2023, pembangunan sekolah lanjutan tingkat atas belum terlaksana. Adapun SMA dan SMK terdekat berada di Kecamatan Baturetno yang berjarak 20 meter.
Alhasil, banyak anak dari Kecamatan Karangtengah yang mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SMP atau sederajat. Duh, padahal akses pendidikan ini juga sangat penting untuk memutus rantai praktik tunggon ya, Millens?
Menanggapi hal itu, Bupati Wonogiri Joko 'Jekek' Sutopo mengatakan, otoritas pendirian SMA/SMK nggak hanya di tangan pemerintah daerah.
Menurutnya, otoritas yang paling menentukan justru ada pada pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Begitu ujar Bupati Jekek melansir Suara Merdeka (11/1/2023).
Kompleks juga ya permasalahan Tunggon ini. Padahal jika praktik ini bisa dihilangkan, hak anak untuk mendapatkan pendidikan dapat terpenuhi dan angka stunting karena minimnya informasi gizi bisa ditekan. (Siti Zumrokhatun/E07)