BerandaHits
Minggu, 16 Nov 2025 18:39

Tumbuh Liar di Indonesia, Lumut Dilirik Jepang dan Swiss

Tumbuh Liar di Indonesia, Lumut Dilirik Jepang dan Swiss

Swiss dan Jepang menjadi pasar bagi lumut Indonesia. (Unsplash)

Lumut, tanaman yang dianggap nggak berharga nyatanya menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi.


Inibaru.id - Lumut yang sering kita injak di sudut selokan dan tepi got ternyata menyimpan potensi ekonomi luar biasa. Tanaman lumut jenis Bryophita (lumut daun) dan Lichenes (lumut kerak), biasanya dikeringkan, diputihkan, atau diawetkan belakangan menjadi komoditas ekspor yang bernilai tinggi. Satu Data Kementerian Perdagangan mencatat ekspor lumut Indonesia dari Oktober 2024 hingga Oktober 2025 mencapai US$ 0,711 juta, atau sekitar Rp11,6 miliar, meski turun 5,75% dibanding tahun sebelumnya.

Mayoritas ekspor lumut ini diserap oleh Jepang yaitu sekitar US$ 0,62 juta atau 87% dari total ekspor.

Hal ini bukan kebetulan. Dalam budaya Jepang, lumut sangat populer dalam bonsai, ikebana, dan terrarium karena kemampuannya mempertahankan kelembapan dan menambahkan nuansa natural yang unik. Lumut juga digunakan sebagai media dekoratif untuk menutup tanah tanaman atau menyembunyikan akar agar tampak rapi dan subur.

Jenis lumut ekspor utama dari Indonesia adalah lumut daun dan lumut kerak, yang tumbuh subur di daerah tropis beriklim lembap seperti Sumatra, Jawa Barat, dan Sulawesi. Petani kecil biasanya memanen lumut liar dari area berhutan atau daerah basah di dekat saluran air bukan lahan pertanian komersial. Setelah dipanen, lumut dijemur, kadang diwarnai atau diawetkan menggunakan metode alami sebelum diekspor.

Lumut kerak. (Shutterstock) 
Lumut kerak. (Shutterstock)

Meski volumenya tak sebesar komoditas perkebunan besar, lumut punya daya tarik tinggi di pasar spesialis hiasan dekoratif, kerajinan, hingga desain interior. Beberapa perusahaan Eropa bahkan menggunakan lumut kering sebagai bagian dari panel dinding ramah lingkungan, karena sifatnya yang menjaga kelembapan dan menyerap suara.

Namun, ekspor lumut Indonesia nggak bebas tantangan. Penurunan volume ekspor tahun ini kemungkinan dikarenakan cuaca ekstrem dan perubahan pola hujan, yang mengganggu pertumbuhan lumut liar dan pasokan bahan baku. Sebagian besar pemanen masih mengandalkan wild harvesting tanpa skema kultur ulang. Padahal beberapa negara pembeli sudah mulai menerapkan teknik kultur jaringan untuk menjaga pasokan alam tanpa merusak ekosistem.

Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia menyimpan potensi besar. Menurut penelitian ekologis, Indonesia punya ratusan spesies lumut, termasuk banyak yang spesial untuk koleksi botani dan penelitian ilmiah. Terlepas dari tantangan, lumut membuka jendela baru bagi ekspor berkelanjutan yang mengombinasikan konservasi dan nilai ekonomi.

Jika rantai pasoknya bisa dipoles dengan sertifikasi hijau dan praktik panen yang lestari, komoditas lumut bisa menjadi mesin ekspor klasik masa depan dari sudut selokan ke rak toko bonsai di Jepang atau galeri seni di Swiss.

Melihat potensi pasar ini semoga pemerintah mau turun tangan agar keran ekspor makin terbuka lebar ya, Gez. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved