Inibaru.id – Dalam banyak kasus, menjadi dewasa dan menerima keadaan membuatmu harus berpisah dengan cita-cita yang digenggam erat semasa kecil. Hal ini dialami oleh siapa saja, termasuk Nobi Nobidaisuke, ayah Nobita dalam serial animasi dan manga Doraemon.
Tiap 25 Februari, akun media sosial Doraemon Hari Ini di berbagai platform biasanya akan mengunggah foto ayah Nobita yang mencoba tersenyum ikhlas yang diambil dari salah satu panel manga Doraemon. Panel itu menceritakan momen ketika Nobi menyadari cita-citanya nggak akan pernah terwujud.
“Tepat hari ini, tanggal 25 Februari 20 tahun yang lalu, aku berpisah dengan cita-citaku,” ungkap ayah Nobita dalam potongan gambar tersebut.
Oya, sedikit informasi, Nobi Nobidaisuke lahir pada 12 Maret 1934. Ini menyiratkan bahwa masa kecilnya dihabiskan dengan desingan peluru atau suara bom selama masa Perang Dunia II. Meski masa kecilnya berat, Nobi sempat diceritakan memiliki cita-cita menjadi seorang pelukis.
Pernah Diwujudkan

Cita-cita ayah Nobita sempat ditunjukkan dalam episode berjudul "Lukisan seharga 60 Juta Yen" dan "Nobita Menghilang". Pengguna Quora bernama Lomar Dasika mengungkapkan, judul terakhir pernah di-remake dengan judul "Make Papa’s Dream Come True".
Dalam episode tersebut, Nobid diceritakan punya kesempatan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Ada orang kaya yang ingin mensponsorinya untuk kuliah seni di luar negeri. Namun, syaratnya adalah harus menikah dengan putri orang kaya tersebut, yakni Kaneko Kanemitsu.
Sayangnya, Nobi menolak tawaran ini karena pengin mewujudkan cita-cita itu tanpa campur tangan orang lain. Dia pulang setelah menyatakan penolakannya, lalu bertabrakan dengan Tamako Kataoka, perempuan yang kemudian jadi ibu dari Nobita.
Berkali-kali mencoba menggapai mimpi besar sebagai pelukis, Nobi berakhir dengan kesadaran bahwa cita-cita itu nggak bakal terwujud. Setelah menikah dengan Tamako, Nobi disibukkan dengan bekerja sebagai karyawan kantor biasa, yang di Jepang biasa disebut salary-man.
Memupus Impian

Sebagai orang tua, Nobi nggak bisa dibilang gagal. Dia bisa membeli rumah yang terbilang besar untuk ukuran orang Jepang. Namun, sebagaimana kebanyakan salary-man, Nobi sering terlihat stres, yang digambarkan acap merokok, merenung, atau pulang dalam keadaan mabuk.
Cerita ini sebetulnya merupakan realitas yang dialami sebagian besar orang dewasa di Jepang, bahkan dunia. Kesibukan kerja membuat Nobi kehilangan waktu untuk melukis, yang berakhir dengan perlahan memupus keinginan untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya tersebut.
Hal ini juga dialami banyak orang, terutama mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Selain nggak punya waktu, mereka juga acap nggak memiliki fasilitas yang memadai, bahkan kehilangan dukungan dari keluarga mereka.
Perayaan yang dilakukan ayah Nobita ini bisa jadi sengaja mengajak para orang dewasa yang terpaksa berpisah dengan cita-citanya karena sulit terwujud untuk berdamai dan menikmati kehidupan dari sudut pandang yang lain. Gimana menurutmu, Millens? (Arie Widodo/E03)