Inibaru.id – Di dunia transportasi, istilah "kijang" dan "damri" pasti sudah nggak asing di telingamu. Kijang dikenal sebagai jenama mobil sejuta umat keluaran pabrikan Jepang, Toyota. Sementara, Damri dikenal sebagai bus yang disediakan oleh pemerintah.
Tahukah kamu sejak kapan istilah "Kijang" muncul di Indonesia? Yap, istilah ini sudah ada sejak 1975. Bentuk mobil Kijang pertama yang ada di Tanah Air tentu sudah sangat berbeda dengan yang bisa kamu temui di jalanan pada masa sekarang, bukan?
Sejarah bermula dari proyek pemerintahan Orde Baru di bawah kendali Presiden Suharto bernama Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS) pada 1970-an. Proyek ini diharapkan bisa membantu masyarakat mendapatkan kendaraan dengan harga yang terjangkau.
Gayung bersambut, keinginan pemerintah Orde Baru ditanggapi serius oleh raksasa otomotifnya Jepang, Toyota. Kerjasama Indonesia-Jepang akhirnya menjadi kenyataan. Mobil bikinan Jepang itu lantas diberi nama Kijang, yang merupakan kependekan dari Kerjasama Indonesia-Jepang.
Uniknya, jenis mobil Kijang pertama yang muncul di Indonesia justru menyematkan nama hewan lainnya, yaitu Buaya. Berdasarkan informasi yang dikeluarkan Kompas (10/1/2021), Kijang Buaya kali pertama diluncurkan pada gelaran Pekan Raya Jakarta (PRJ) 1977. Mobil berjenis bak terbuka alias pikap tersebut langsung laris manis di pasaran.
Saking populernya Kijang di Indonesia, produsen-produsen mobil lainnya di Indonesia juga sampai ikutan menyematkan nama hewan sebagai jenama mobilnya. Yang paling populer adalah Mitsubishi Kuda dan Daihatsu Zebra.
Cikal Bakal Damri Ada Sejak Penjajahan Jepang
Jika Kijang adalah singkatan dari Kerjasama Indonesia-Jepang, apa kepanjangan dari Damri? Ternyata, singkatan ini masih memakai ejaan lama, lo, yaitu Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia. Maklum, istilah ini lahir pada 1946.
Tapi, menurut keterangan Tirto, (26/4/2021), Damri sebenarnya sudah eksis sejak zaman penjajahan Jepang. Soalnya, pada 1943, muncul dua usaha angkutan umum di Pulau Jawa bernama Unyu Zigyosha serta Jidousha Sokyoku yang dianggap sebagai cikal bakal armada bus tersebut.
Khusus untuk Unyu Zigyosha, angkutannya berupa truk, gerobak, atau cikar yang berfokus pada pengiriman barang. Sementara itu, Jidousha Soukyoku fokus pada angkutan penumpang dengan memakai bus.
Karena sistemnya sudah terbentuk, kedua usaha angkutan ini kemudian diambil alih Departemen Perhubungan Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Unyu Jidousha diganti namanya jadi Djawatan Pengangkoetan, sementara Jidousha Sokyoku diubah namanya jadi Djawatan Angkoetan Darat.
Pada 1946, Maklumat Menteri Perhubungan RI No.01/DAM/46 dibuat. Pada maklumat tersebut, kedua jawatan itu digabung. Namanya pun kemudian ikut berubah menjadi Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau Damri.
Beda dengan Kijang yang masih populer di Indonesia, popularitas Damri cenderung menurun. Apalagi, kini banyak perusahaan otobus dan angkutan umum dalam kota yang ikut bersaing.
Apapun itu, Kijang dan Damri sudah menjadi bagian dari perkembangan transportasi Tanah Air, Millens. Apakah kamu pernah menaiki Kijang keluaran lama dan bus Damri? Bersyukurlah karena kedua jenis kendaraan itu sudah nggak ada lagi sekarang. (Arie Widodo/E10)
