Inibaru.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Kota Yogyakarta mengeluarkan aturan untuk atasi klitih atau kejahatan jalanan sejenisnya. Jadi ya, remaja dengan usia kurang dari 18 tahun bakal terkena jam malam. Mereka harus berada di dalam rumah dari pukul 22.00 sampai pukul 04.00 WIB setiap hari, Millens.
Keputusan ini ternyata mendapatkan sambutan baik dari Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka malah meminta kebijakan ini nggak hanya diterapkan di Kota Yogyakarta, melainkan juga di kabupaten/kota lain di provinsi tersebut.
Baca Juga:
Tips Menghindari Klitih di Yogyakarta“Pak Gubernur sudah membuat surat edaran kepada bupati-walikota yang intinya agar menjadikan ini sebagai prioritas penanganan,” jelas Sekda DIY Baskara Aji saat diwawancarai di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (24/6/2022).
Dia juga menuturkan kalau kebijakan ini membutuhkan sumber daya manusia dan anggaran dari APBD masing-masing wilayah di DIY. Meski begitu, Gubernur menganggap kebijakan ini perlu untuk diterapkan demi keamanan dan keselamatan anak-anak dan remaja yang bersekolah di daerah ini sehingga status Kota Pelajar yang nyaman tetap terjaga.
Nggak hanya itu, Pemda ternyata juga sudah menyiapkan hal lain, yaitu tempat rehabilitasi bagi anak-anak yang berhadapan dengan kasus hukum atau ABH. Tempat ini ada di Pundong, Kabupaten Bantul. Di sanalah, anak-anak atau remaja ini bisa dibina.
O ya, apa alasan Pemda mendukung aturan jam malam bagi anak-anak dan remaja ini? Kalau soal ini sih agar sanksi bisa benar-benar diterapkan bagi para pelanggar. Bahkan, bagi mereka yang melakukan aksi kejahatan jalanan, sanksinya bisa cukup berat.
Omong-omong ya, pihak pertama yang mengeluarkan aturan ini adalah Pemkot Yogyakarta. Selain untuk mengatasi aksi klitih yang semakin meresahkan, hal ini juga dilakukan demi meraih target status Kota Ramah Anak.
“Kebijakan ini upaya kita untuk mengatasi persoalan anak yang berhadapan dengan hukum, kenakalan remaja, klitih, dan sebagainya,” ungkap Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Sumadi, Kamis (23/6).
Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2022 ini pun diterapkan agar anak-anak bisa memantau anaknya dengan lebih baik.
“Dari hasil penelitian, mereka-mereka ABH bukanlah karena keluarga yang kekurangan tapi memang karena hubungannya saja yang kurang baik. Maka dari hulunya kita ingin ciptakan (hubungan orang tua dan anak yang lebih baik),” lanjut Sumadi.
Soal sanksi bagi para anak-anak atau remaja yang melanggar, ada tahapannya dari teguran lisan, terguran tertulis, sampai pembinaan di balai rehabilitasi. Meski begitu, sanksi ini nggak bakal diterapkan jika anak-anak sedang melakukan kegiatan sekolah atau lembaga resmi, atau melakukan kegiatan sosial dan keagamaan oleh organisasi masyarakat dan keagamaan setempat.
Anak-anak juga masih boleh keluar rumah kalau didampingi orang tua atau walinya dan kondisi darurat lainnya.
“Pengawasannya kita bekerja sama dengan Satpol PP. Kita juga menggandeng kepolisian.. Ini upaya pencegahan saja supaya nggak represif. Kita atasi kejahatan jalanan dari hulunya, keluarganya untuk menangani,” pungkas Sumadi.
Kamu setuju nggak dengan aturan jam malam untuk atasi klitih di Yogyakarta, Millens? (Moj/IB09/E05)