Inibaru.id – Kalau kamu menilik banyak catatan sejarah tentang Kecamatan Juwana pada masa penjajahan Belanda, pasti menemukan fakta kalau Stasiun Juwana dulu disebut dengan Stasiun Joana. Bahkan, perusahaan kereta yang mengoperasikan stasiun tersebut dan kereta antara Semarang dan Juwana juga bernama Samarang – Joana Stoomtram Maatshappij (SJS).
Gara-gara nama Joana yang sangat khas nama perempuan Eropa ini, banyak yang mengira kalau penamaan wilayah ini berasal dari Belanda. Namun, kalau menurut sejarawan hal itu nggak benar. Orang Belanda menyebut daerah ini sebagai Joana agar lebih akrab dengan lidah mereka alih-alih Juwana. Mirip-mirip seperti cara mereka menyebut Cirebon sebagai Cheribon gitu.
Lantas, dari mana sebenarnya asal nama Juwana? Besar kemungkinan Juwana berasal dari kata ‘jiwana’ yang diambil dari kata Bahasa Sansekerta ‘jiwa’. Meski begitu, ada juga versi lain yang menyebut Juwana adalah kombinasi dari kata ‘druju’ dan ‘wana’.
FYI, nih, ‘druju’ adalah sebutan bagi sejenis rumput glagah berukuran besar dan ‘wana’ berarti hutan. Sebelum dihuni, wilayah Juwana diduga memang ditumbuhi rumput glagah liar dalam jumlah banyak sehingga terlihat seperti hutan.
Kalau menurut keterangan budayawan setempat Juwana Samudi, nama Juwana dikenal jauh sebelum Stasiun Juwana didirikan Belanda pada 1884. Pada abad ke-17, Juwana bahkan sudah berstatus Kabupaten saat Sultan Agung Hanyokrokusumo memimpin Mataram Islam. Saat itu, beliau mengangkat Tumenggung Bahurekso sebagai Bupati Juwana dari 1628 sampai 1682.
“Dulu Juwana dikenal punya kekayaan alam luar biasa. Makanya sering jadi rebutan banyak kerajaan. Demi menghindari peperangan, Raja Mataram kemudian mengutus Tumenggung Bahurekso sebagai Bupati Juwana,” cerita Sumadi saat berada di Hastana Jatisari Desa Growong Kidul Juwana sebagaimana dikutip dari Harianmuria, (26/3/2023).
Saat Belanda mulai datang mengusik Juwana dan Tumenggung Bahurekso menua, Raden haryo Condrodiningrat kemudian diangkat menjadi Bupati Juwana. Dia mendapatkan julukan Tombronegoro. Sayangnya, pada akhirnya Juwana benar-benar jatuh ke tangan Belanda dan kemudian disatukan dengan Kabupaten Pati.
“Sejak 1902 status Juwana berubah dari kabupaten ke kawedanan. Pemimpinnya saat itu adalah Patih Suryodipuro. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 1980, statusnya turun lagi jadi kecamatan hinga sekarang,” lanjut Sumadi.
Jadi, sudah jelas ya, Millens. Meski pada zaman penjajahan Belanda lebih dikenal dengan nama Joana, nama asli kecamatan yang cukup ramai ini memang Juwana sebagaimana yang kita kenal sekarang. (Arie Widodo/E05)