Inibaru.id – Kamu pasti sudah tahu soal salah seorang gubernur provinsi yang bikin kebijakan menghapus PR sekolah bagi anak. Kebijakan ini tentu bikin pendapat pro dan kontra bermunculan dari berbagai pihak.
Salah satu orang tua yang tinggal di Genuk, Kota Semarang bernama Dio mengaku mendukung dengan kebijakan ini meski belum diberlakukan di provinsinya. Kalau menurutnya, selama ini keberadaan PR hanya bikin anak-anak jadi merasa terbebani dan nggak bisa lepas bermain dengan teman-teman sebayanya usai pulang sekolah.
“Kalau menurut saya, anak-anak ya sudah mendapatkan waktu belajarnya di sekolah. Saat sore mereka bisa bermain dengan teman-temannya dan pas malam bisa punya waktu dengan keluarga. Belajar mengulang pelajaran sekolah di rumah nggak apa-apa. Tapi kalau ada PR, kesannya malah jadi ada beban buat mereka untuk harus mengerjakannya,” ucap Dio pada Jumat (6/6/2026).
Di sisi lain, orang tua yang juga berprofesi sebagai guru sekolah dari Kabupaten Semarang, Annisa, merasa kebijakan penghapusan PR kurang tepat karena dengan adanya PR itulah, anak jadi mau belajar di rumah.
“Tanpa adanya PR, kebanyakan anak sudah malas untuk mengulang pelajaran sekolah. Makanya, PR dibuat agar mereka akhirnya mau melakukannya,” kata Annisa.

Selain kedua pendapat yang bertolak belakang tersebut, terdapat hasil penelitian yang dimuat dalam sebuah jurnal berjudul Journal of Catholic Education yang dilakukan di sebuah sekolah di Amerika Serikat, St Patrick’s Catholic School.
Hasil penelitiannya adalah 70 persen siswa sekolah tersebut mengalami stress tingkat tinggi gara-gara tugas sekolah, termasuk PR. Tatkala jumlah PR tersebut dikurangi sampai 50 persen selama 3 bulan, tingkat stresnya berkurang sampai 30 persen. Uniknya, performa akademiknya cenderung stabil, lo.
Penelitian lain yang dilakukan di Stanford University menyebut 72 persen siswa mengaku kerap merasakan stress akibat adanya PR. Ada yang merasa PR mengurangi waktu berkualitas dengan keluarga dan bikin mereka nggak bisa tidur nyenyak.
Meski begitu, bukan berarti menghapus PR berarti bagus untuk anak sekolah. Kalau menurut penelitian yang diungkap Journal in Psychology, penghapusan PR harus diiringi dengan strategi pembelajaran yang lebih efektif di sekolah, serta kurikulum yang tepat. Kalau nggak ada hal ini, anak nggak bisa menyerap pelajaran dengan baik, deh.
Hm, ternyata penghapusan PR belum tentu serta merta langsung memberikan dampak positif bagi anak sekolah, ya. Kalau kamu sendiri, cenderung setuju PR dihapus atau nggak nih, Millens? (Arie Widodo/E05)