Inibaru.id - Genta Alparedo dan Irfan Jauhari adalah dua pesepak bola yang belakangan kerap disebut pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong. Keduanya adalah pemain tim Liga 2 yang sejak 2021 telah menjadi bagian penting dari skuad Garuda Muda di ajang internasional.
Menyaksikan para talenta muda yang terus bermunculan ini, kita tentu lega karena regenerasi di Timnas agaknya nggak akan mati. Sayangnya, keputusan Exco PSSI menghentikan Liga 2 dan Liga 3 membuyarkan semuanya, karena di kedua liga itulah para pemain muda biasanya ditemukan.
Maka, nggak mengherankan kalau gelombang amarah tersulut di mana-mana. Nggak hanya kerugian materi yang besar, penghentian kompetisi kasta kedua dan ketiga ini pada 12 Januari lalu tersebut juga berpotensi merusak ekosistem pembinaan pemain usia muda di Tanah Air.
Hal ini sebagaimana diungkapkan pengamat sepak bola asal Solo, Ronald Seger Prabowo. Dari lubuk hati terdalam, lelaki 33 tahun ini mengaku menyesalkan keputusan Exco PSSI. Menurutnya, seharusnya federasi bisa berpikir jernih dan nggak menghambat pembinaan para pemain muda.
"Liga 3 punya regulasi hanya memainkan lima pemain senior, sisanya harus di pemain U-23. Tanpa kompetisi, pembinaan kita macet, dong? Terus, bakat mereka mau dipakai di mana?" geram Seger saat dihubungi Inibaru.id, belum lama ini.
Mana Komitmen untuk Pemain Muda?
Seger mengingatkan, federasi seharusnya punya komitmen untuk membina pemain muda, karena seretnya prestasi timnas nggak lepas dari pembinaan yang setengah hati itu.
"Padahal para pemain muda itu ujung tombak yang akan jadi andalan pada masa yang akan datang!" tegas Ketua Seksi Wartawan Olahraga (Siwo) PWI Surakarta ini.
Kalaupun masalahnya ada pada fasilitas tim Liga 2 dan 3 yang kurang mumpuni, Seger menyarankan, federasi bisa melanjutkan liga dengan menggunakan sistem terpusat. Kalau nggak punya dana, PT LIB yang bertindak sebagai operator liga bisa mengupayakannya alih-alih menghentikan kompetisi.
"PT LIB harus gerak cari sponsor, toh memang sudah tugas dia. Saya pikir, kalau teman-teman di Liga 2, semangat untuk bergotong royong agar kompetisi tetap jalan pasti ada, kok!" imbuhnya.
Membunuh Karier Pemain
Perlu kamu tahu, penghentian kompetisi Liga 2 dan Liga 3 telah berimbas pada kelangsungan hidup banyak orang, terutama para pemain. Keputusan ini membuat mimpi mereka yang merintis karier sebagai pesepak bola profesional pun terpaksa dikubur dalam-dalam.
Pemain klub Safin Pati yang berkompetisi di Liga 3 Regional Jawa Tengah Viga Fatah Arianto mengaku terkena imbas dari keputusan sepihak Exco PSSI tersebut. Usianya sudah menginjak 22 tahun. Artinya, kesempatannya untuk mencari pengalaman bermain kian menipis.
"Bagi saya, ini sebuah kerugian waktu. Kalau tidak ada kompetisi, kami sulit cari pengalaman untuk menambah jam terbang," ujar pemuda murah senyum tersebut kepada Inibaru.id baru-baru ini.
Viga mengungkapkan, setahun terakhir telah menjadi tahun yang cukup berat bagi kariernya di dunia sepak bola, apalagi setelah Tragedi Kanjuruhan. Sejak kejadian yang memakan banyak korban itu meletus, dia menambahkan, jadwal kompetisi jadi nggak jelas.
"Kalau hanya latihan, gimana bisa meningkatkan kemampuan dan mental? Program pelatih juga jadi berantakan kalau kompetisi nggak jelas seperti ini," tutupnya dengan nada melirih.
Huft, kalau terus begini, kayaknya kita jangan ngomong muluk-muluk tentang prestasi dulu, deh! Mending bahas managemen kompetisi dan regenerasi pemain dulu kali, ya? (Fitroh Nurikhsan/E03)