Inibaru.id – Tinggal di perbatasan Demak – Semarang di mana pernikahan di usia dini bukanlah hal yang aneh untuk dilakukan, Asri justru menyebut dirinya mungkin nggak akan menikah. Menurutnya, kehidupan sebagian teman masa kecilnya yang menikah sejak usia belasan jadi alasan yang kuat yang bikin dia sejauh ini mengambil keputusan tersebut.
Meski nggak menampik keputusan untuk nggak menikah ini bisa berubah di masa depan, perempuan kelahiran 2000 ini pun membeberkan alasan mengapa dia merasa nggak masalah jika sampai menjomlo hingga akhir hayat.
“Sebenarnya nggak cuma saya. Teman-teman kuliah saya dulu atau teman kerja sekarang, baik itu perempuan atau laki-laki, juga banyak yang sudah terpikir untuk nggak menikah. Alasannya macam-macam. Kalau saya sih karena melihat banyak teman di desa yang saya lihat malah nggak bahagia usai punya anak. Banyak yang akhirnya bercerai dan akhirnya jadi single parent,” ucap Asri yang kini bekerja di sebuah lembaga pendidikan di Kota Semarang pada Kamis (12/12/2024).
Apa yang diungkap Asri selaras dengan yang diungkap Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam beberapa waktu belakangan. Dia mengungkap keprihatiannya atas begitu banyaknya pasangan muda yang mengakhiri pernikahannya dengan perceraian. Bahkan, menurut data yang dia pegang, 37 persen dari pasangan yang menikah tahun 2023 bercerai.
“Tahun lalu saja (2023), angka perceraiannya di 37 persen. Yang memprihatinkan kebanyakan yang melakukannya adalah pasangan di usia pernikahan 5 tahun ke bawah. Bahkan, 80 persennya terjadi di kota besar dan kebanyakan yang menggugat cerai adalah istri,” ucap Nasaruddin Umar di acara Sidang Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, NTT, sebagaimana dinukil dari Kumparan, Kamis (5/12).
Sayangnya, bagi Gen Z yang sudah banyak berada di usia di mana pernikahan jamak dilakukan, contoh terbaik untuk melihat seperti apa kehidupan pernikahan tentu saja adalah pasangan-pasangan muda yang belakangan banyak bercerai itu. Hal ini membuat kehidupan pernikahan seperti nggak seindah yang diceritakan di film-film, buku, atau yang didengungkan influencer.
Ditambah dengan faktor lain seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan atau pendapatan yang layak di Indonesia, keinginan untuk melihat dunia atau mendapatkan benda-benda yang baru terwujud saat mereka bisa bekerja, akhirnya Gen Z pengin mendapatkan kebahagiaan dengan cara berbeda.
“Aku malah terpikir kuliah atau kerja di luar negeri. Kalaupun nggak terwujud, mungkin bisa nonton konser musikus dunia di sini, atau setidaknya bisa berangkat haji. Menikah atau punya anak bukan lagi prioritas buatku,” terang Asri diamini rekan kerjanya, Annisa, dan Arhan saat istirahat makan siang di kantornya.
Nah, sepertinya, pola pikir inilah yang juga diamini sebagian gen Z lainnya. Hal ini dibuktikan dengan data dari Badan Pusat Statistik pada awal 2024 ini yang menguak fakta bahwa dari 65,82 juta warga Indonesia kategori muda, lebih dari 68 persen di antaranya belum menikah.
Survei Populix dengan judul Indonesian Gen-Z & Millenial Marriage Planning and Wedding Preparation juga menguak fakta bahwa 21 persen dari total Gen Z tidak mau menikah, sementara 61 persen lainnya masih mau menikah, tapi nggak dalam waktu dekat.
Yap, layaknya yang juga sedang terjadi di negara-negara maju, agaknya memang angka pernikahan di Indonesia juga bakal ikut semakin menurun. Alasannya beragam. Tapi, bisa jadi, seperti apa kehidupan mereka yang sudah menikah itulah yang jadi salah satu dasar bagi mereka untuk memutuskan akan melakukannya atau nggak. (Arie Widodo/E05)