Inibaru.id – Saya menyempatkan diri mengobrol dengan 6 orang yang mengambil tes IELTS di sebuah lembaga pendidikan yang ada di dekat Balai Kota Semarang. Dari 6 orang ini, 5 di antaranya mengambil tes berjenis General Training yang memungkinkan mereka untuk pergi mencari pekerjaan di Australia. Yang menarik, mereka semua kompak pengin mencari pekerjaan di Australia gara-gara semakin pesimistis mendapatkan pekerjaan yang layak di Indonesia.
Semua peserta tes adalah Gen Z yang lahir di dekade 2000-an awal. Mereka semua sudah lulus kuliah, namun kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji, kontrak, atau lingkungan yang layak. Ada yang sebenarnya pengin ganti pekerjaan namun kesulitan mendapatkan yang lebih baik.
“Tahun ini saja BPS sudah merilis informasi puluhan ribu orang sudah di-PHK. Di perusahaan berbasis teknologi juga banyak layoff yang nggak terungkap di media. Makanya kalau ada jobfair yang datang banyak banget. Padahal kemungkinan dapatnya juga kecil. Makanya pas ada info soal working holiday visa (WHV) ke Australia, saya coba daftar,” ucap peserta tes yang jauh-jauh datang dari Surabaya bernama Jesslyn, Rabu (9/10/2024).
Jawaban serupa juga saya dapatkan dari puluhan peserta tes yang terus berdatangan semenjak 2 pekan belakangan. Salah satunya adalah Aji Satrio dari Surakarta. Dia mengaku sudah hopeless mencari kerja semenjak lulus kuliah di sebuah kampus yang ada di Yogyakarta pada akhir 2023 silam.
“Entah sudah berapa ratus lamaran saya kirim. Usaha nyari kerja di LinkedIn juga belum ada hasilnya. Harapan saya sekarang cuma CPNS tahun ini atau WHV,” ungkapnya pada Senin (7/10).
Meski nggak menampik andai diterima jadi CPNS bisa membuatnya senang, Aji mengaku andai akhirnya bisa WHV ke Australia, dia juga bakal lebih puas karena merasa bisa mendapatkan pengalaman baru di negara lain.
“Teman kuliah saya yang lulus duluan udah di sana. Lingkungan kerjanya di bidang pertanian bagus dan gajinya jauh lebih besar dari sini. Makanya saya berani ke sana. Minimal sudah tahu harus nyari kerjaan di mana dan ekspektasi yang didapat berapa. Nyari kerjaan di sini yang lingkungannya bagus dengan gaji UMR saja belum tentu mudah,” lanjutnya.
Pesimisme gen Z seperti Aji dalam mencari kerja di Indonesia ditegaskan oleh laporan survey konsumen September 2024 yang dirilis Bank Indonesia beberapa waktu belakangan. Dalam laporan ini, kelompok usia 20-30 mengalami penurunan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dengan signifikan. Hal serupa terjadi pada kelompok usia 30-40 tahun.
Laporan ini juga diperjelas dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2024 lalu yang menyebut lebih dari 3,6 juta gen Z dengan usia 15-24 tahun berstatus pengangguran. Beneran banyak, ya?
Direktur Eksekutif center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhstira punya pandangan terkait banyaknya anak muda yang kini sulit mendapatkan pekerjaan. Dia menilai lapangan pekerjaan semakin sempit dan kini kesempatan yang terbuka justru bukan di sektor pekerja formal, melainkan sektor nonformal.
“Masalahnya lapangan kerja yang terbuka, khususnya di bidang digital justru lebih dominan pekerjaan nonformal yang nggak ada kepastian kerjanya dan upahnya juga minim. Banak juga pencari kerja yang nggak menemukan lowongan sesuai keahliannya” ungkap Bhima sebagaimana dinukil dari Kumparan, (4/8).
Cukup bikin miris ya berbagai fakta yang terkuak tentang semakin sulitnya Gen Z mencari pekerjaan yang layak di Indonesia. Semoga saja masalah ini segera bisa diatasi, ya, Millens? (Arie Widodo/E05)