Inibaru.id – Kalau kamu sedang berada di Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Jawa Tengah, pasti bakal menemukan sebuah pondok pesantren dengan ukuran yang cukup besar. Namanya adalah Pondok Pesantren Luhur Dondong. Ponpes ini adalah yang tertua di Jawa Tengah.
Pesantren yang didominasi warna hijau dan putih ini didirikan pada 1609 M, tepatnya oleh Kiai Syafii Pijoro Negoro. Meski begitu, ada versi lain yang menyebut pesantren ini baru didirikan tiga tahun kemudian, tepatnya saat Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung.
Baca Juga:
Keluguan Saridin, Karomah Syekh Jangkung“Berdasarkan informasi dari masyarakat, alumni, dan sejumlah tokoh, Kiai Syafii PIjori Negoro masuk dalam bagian pasukan Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung untuk melawan VOC di Batavia pada 1629,” ucap Tubagus Mansor, keturunan ketujuh dari pendiri ponpes tersebut sebagaimana dilansir dari Tribun Jateng, Selasa (18/10/2022).
Pesantren ini juga kabarnya terlibat dalam sejarah lain, yaitu Perang Jawa yang dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro pada 1825 sampai 1830. Konon, pasukan Pangeran Diponegoro yang begerilya di sekitar Jawa menjadikan ponpes ini sebagai salah satu markasnya.
“Saking seringnya dipakai markas pejuang, musala ini (Musala Abu Darda di dalam kompleks ponpes) pernah dibakar Belanda,” ungkap laki-laki yang kini dipanggil sebagai Gus Toba tersebut sebagaimana dilansir dari Halo Semarang, (4/9/2019).
O ya, awalnya ponpes ini berlokasi di kawasan Mangkang Kulon Utara, tepatnya dekat dengan Pantai Panggung. Tapi, karena di sana sering banjir, ponpes pun kemudian direlokasi ke Kampung Dondong yang dianggap lebih aman dari bencana alam. Sejak saat itulah, nama ponpes tersebut dikenal dengan sebutan Luhur Dondong.
Sayangnya, belakangan ini wilayah Kampung Dondong juga sudah beberapa kali diterjang banjir bandang. Soalnya, wilayah atas Kecamatan Ngaliyan yang awalnya adalah hutan kini dijadikan pabrik dan perumahan. Otomatis, nggak ada lagi wilayah resapan air yang bisa mencegah terjadinya bencana alam.
“Puncaknya pada November 2010. Terjadi banjir bandang yang merusak sejumlah bangunan inti pesantren,” cerita Gus Toba.
Ponpes yang dulu jadi tempat nyantri Mbah Sholeh Darat alias Kiai Umar yang dikenal sebagai guru dari Raden Ajeng Kartini kini tidak memiliki banyak santri. Per Oktober 2020 ini, hanya ada 15 orang santri dari berbagai daerah yang mondok di sana. Tapi, dia menyebut jumlah santri kalong, santri yang berasal dari wilayah sekitar ponpes dan nggak tinggal di asrama pesantren, cukup banyak.
Nggak nyangka ya, Millens ternyata pondok pesantren tertua di Jawa Tengah ada di Kota Semarang. (Arie Widodo/E05)