Inibaru.id - Pernikahan seharusnya menjadi perjalanan hidup yang penuh kebahagiaan dan kerja sama. Namun, kenyataannya tidak selalu seindah itu. Banyak pasangan menghadapi masalah yang bisa mengancam keharmonisan rumah tangga, termasuk isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Salah satu pemicu utama KDRT adalah adanya pihak ketiga dalam hubungan, baik itu wanita idaman lain (WIL) atau pria idaman lain (PIL).
Ustaz Ali Ma’ruf dalam kajian Nongkrong Tobat di Santrendelik, Semarang, menekankan pentingnya menjaga kesetiaan pada pasangan. Menurutnya, menjaga hati agar tidak terpikat oleh orang lain setelah menikah adalah kunci utama untuk mencegah perselisihan.
"Kalau sudah menikah, jangan sampai ada hati yang berpaling pada orang lain," ujarnya dengan tegas.
Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, jika seseorang melihat perempuan cantik dan mengaguminya, ia dianjurkan untuk segera pulang dan mendatangi istrinya. Rasulullah menyampaikan bahwa apa yang ada pada perempuan lain itu sama dengan apa yang dimiliki oleh istri sendiri.
Komunikasi Hindari Pertikaian
Permasalahan yang berhubungan dengan ketidakpuasan dalam hubungan seksual juga kerap kali menjadi pemicu KDRT. Ustaz Ali menjelaskan bahwa penting untuk membahas ekspektasi seksual secara terbuka dalam pernikahan.
"Dengan komunikasi yang jujur, pasangan bisa menghindari kekecewaan yang dapat menumpuk menjadi rasa marah dan frustrasi, yang pada akhirnya bisa berujung pada kekerasan fisik," terang ustaz berbusana biru itu.
Sebagai solusi untuk konflik yang berkepanjangan, Ustaz Ali mengutip Al-Qur'an, Surah An-Nisa ayat 35, yang menyarankan agar kedua belah pihak yang berseteru mendatangkan perwakilan dari masing-masing keluarga untuk menyelesaikan masalah secara bijak.
"Dengan pendekatan ini, permasalahan yang membuat istri suami berantem dapat diurai dan diselesaikan tanpa harus berakhir pada tindakan kekerasan," tegasnya.
Selain masalah kesetiaan dan seksual, masalah ekonomi juga sering menjadi pemicu KDRT, lo. Ustadz Ali menekankan bahwa dalam pernikahan, istri dan suami adalah mitra. Ketika suami menghadapi kesulitan ekonomi dan istri memiliki karier yang lebih baik, pasangan harus saling mendukung, bukan saling menyalahkan.
"Semisal istri lebih berpenghasilan, maka suami harus bisa memahami dan mendukung. Suami harus mencari cara lain untuk tetap berkontribusi, misalnya dengan memanfaatkan handphone untuk mencari penghasilan tambahan. Istri juga harus menyadari kalau rezeki suaminya hanya lewat dia. Jadi ya sama-sama support saja," jelasnya.
Menurut Ustaz Ali, pernikahan bukan hanya tentang menyatukan dua hati, tetapi juga menyatukan dua keluarga yang memiliki prinsip dan nilai yang berbeda. Perbedaan prinsip ini bisa memicu konflik yang, jika tidak diselesaikan dengan baik, bisa mengarah pada KDRT.
Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk terus belajar memahami satu sama lain, agar perbedaan dapat diatasi dan keharmonisan rumah tangga tetap terjaga. (Rizki Arganingsih/E10)