Inibaru.id – Apa yang kamu pikirkan tentang semut? Serangga yang doyan mengerubungi makanan manis dan sesekali menggigit manusia? Bagi sebagian orang, semut mungkin cuma serangga pengganggu. Tapi tahu nggak kalau semut yang terlatih ternyata bisa efektif mendeteksi kanker pada manusia?
Spesies semut tertentu bisa dilatih dengan cepat untuk mendeteksi sel kanker, berdasarkan studi yang dilakukan tim peneliti di Perancis.
Ternyata, pendeteksian ini sama akuratnya dengan hewan lain berkemampuan bio-deteksi seperti anjing, lo. Tahu sendiri kan kalau indera penciuman anjing memang sudah teruji untuk mendeteksi berbagai macam hal seperti obat-obatan dan bahan peledak.
Sebelum semut, peneliti tengah mempelajari kemampuan anjing yang dapat mengendus penyakit termasuk kanker, malaria, dan Covid-19. Tapi, melatih dan memelihara anjing pendeteksi bukanlah pekerjaan yang cepat atau murah.
Waktu yang dibutuhkan bisa sampai satu tahun untuk melatih anjing sehingga peneliti melirik hewan lain seperti tikus, lebah madu, dan belalang.
Mengapa semut bisa deteksi sel kanker
Kalau mengutip New Atlas, Jumat (11/3/2022) studi terbaru tentang kemampuan semut deteksi kanker ini, kemudian mencoba mengekplorasi kelayakan pelatihan pada spesies semut Formica fusca, Millens. Sebelumnya, semut bisa menjadi rumah bagi senyawa organik volatil (VOC) tertentu. Penelitian lain juga menemukan jenis kanker dapat diidentifikasi oleh VOC unik mereka sendiri. Jadi berangkat dari temuan tersebut, peneliti pun menyelidiki apakah semut bisa dilatih untuk mendeteksi sel kanker.
Tes pendahuluan ini difokuskan pada dua jenis sel kanker payudara, keduanya dengan profil VOC yang berbeda. Siapa sangka, hanya dalam tiga percobaan pelatihan, para peneliti mampu secara efektif melatih semut mengendus seperti anjing untuk membedakan mana sel kanker dan non-kanker dengan akurasi yang sama dengan yang terlihat dalam penelitian terbaru menggunakan anjing.
"Semut dengan demikian setara dengan anjing dalam hal kemampuan deteksi," tulis para peneliti.
Yang mengesankan juga ditemukan bahwa dalam beberapa hal, semut mampu melampaui anjing karena mereka hanya membutuhkan waktu pelatihan yang sangat singkat, yakni 30 menit. Sementara, pelatihan anjing bisa berlangsung 6 hingga 12 bulan. Wih, beda jauh ya?
"Protokol pengkondisian sederhana kami dapat diterapkan oleh semua orang setelah waktu pelatihan sekitar 3 hari," papar peneliti.
Karena itu, peneliti pun berhipotesis bahwa semut dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi sel kanker hingga sembilan kali sebelum respon terkondisi mereka mulai hilang. Nggak berlebihan jika hewan kecil ini bisa menjadi alat pendeteksi kanker yang lebih efisien dan hemat biaya dibandingkan dengan hewan atau organisme lain yang digunakan untuk tujuan serupa.
“Pendekatan kami berpotensi dapat disesuaikan dengan berbagai tugas semut dalam mendeteksi bau kompleks lainnya termasuk deteksi narkotika, bahan peledak, makanan basi, atau penyakit lain (malaria, infeksi, diabetes misalnya),” tambah peneliti.
Namun berhubung studi semut deteksi kanker ini masih demonstrasi awal dari bukti konsep, jadi masih banyak hal yang perlu diselesaikan sebelum hewan ini benar-benar dimanfaatkan untuk mendeteksi apa pun di dunia nyata.
Wah, semoga semut memang bisa digunakan untuk mendeteksi sel kanker sehingga banyak nyawa yang bisa diselamatkan ya, Millens? (Kom/IB21/E07)