BerandaHits
Minggu, 16 Nov 2025 20:17

Filosofi Ilmu Padi, Pelajaran Rendah Hati yang Nggak Pernah Usang

Filosofi Ilmu Padi, Pelajaran Rendah Hati yang Nggak Pernah Usang

Padi. (Unsplash)

Ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk tak cuma pepatah lama dari desa. Falsafah agraris ini menyimpan pelajaran universal tentang rendah hati, kebijaksanaan, dan pentingnya terus belajar di tengah dunia yang kian bising oleh kesombongan digital.

Inibaru.id - Di banyak desa di Jawa, orang tua dulu kerap menasihati anaknya dengan kalimat sederhana, “Urip kuwi kudu kaya pari, saya isi saya nunduk.” Filosofi ilmu padi ini diwariskan turun-temurun, begitu melekat dalam budaya agraris Nusantara, dan tetap relevan meski zaman sudah berlari menuju era digital. Di balik ungkapan singkat itu, tersimpan panduan hidup yang kaya makna tentang kerendahan hati, kebijaksanaan, dan kemampuan seseorang untuk terus belajar tanpa merasa paling tahu.

Di dunia pertanian, padi memang menjadi simbol yang tak tergantikan. Petani mengenal betul bagaimana perilaku tanaman ini berubah seiring waktu. Ketika masih muda dan belum berisi, batang padi berdiri tegak, seakan percaya diri. Namun, saat bulir mulai terisi, beratnya membuat daun dan tangkainya perlahan menunduk. Fenomena alam sederhana ini kemudian diterjemahkan menjadi nasihat moral: semakin berilmu seseorang, semakin rendah hati ia semestinya.

Dalam kajian budaya Jawa dan antropologi agraris, padi bukan hanya tanaman pangan. Ia adalah representasi etika hidup. Clifford Geertz dalam studinya tentang masyarakat agraris Indonesia pernah menyinggung bagaimana simbol-simbol pertanian membentuk cara pandang masyarakat desa, termasuk karakter ideal yang mengutamakan keselarasan dan kerendahan diri. Pada konteks ini, ilmu padi menjadi jembatan antara pengalaman bertani dan nilai sosial yang dijunjung bersama.

Relevansi filosofi ini makin terasa di masa sekarang, ketika media sosial menciptakan ruang kompetisi nggak terlihat. Banyak orang ingin terlihat paling tahu, paling unggul, dan paling benar. Padahal, sejatinya hidup bukan tentang siapa yang paling keras bicara, tetapi siapa yang paling banyak belajar.

Dengan memahami filosofi padi, manusia bakal jauh dari kesombongan. (via Suara Muhamadiyah)
Dengan memahami filosofi padi, manusia bakal jauh dari kesombongan. (via Suara Muhamadiyah)

Ilmu padi mengajarkan bahwa semakin dalam pemahaman seseorang, semakin ia menyadari luasnya dunia yang belum ia ketahui. Sikap inilah yang membuat seseorang dihormati, bukan karena kesombongannya, tetapi karena kebijaksanaannya.

Di sisi lain, ilmu padi juga mengingatkan bahwa pengetahuan harus membawa manfaat. Padi yang menunduk menandakan kesiapan untuk dipanen dan memberi kehidupan pada banyak orang. Begitu pula manusia bahwa ilmu seharusnya nggak berhenti sebagai kebanggaan pribadi, melainkan menjadi manfaat bagi lingkungan sekitarnya, baik melalui tindakan kecil maupun kontribusi besar.

Penelitian sosial tentang karakter masyarakat produktif sering menyebut bahwa kerendahan hati dan keinginan berbagi adalah ciri utama orang-orang yang dihormati dalam komunitasnya.

Pada akhirnya, filosofi ilmu padi bukan sekadar pepatah lama. Ia adalah ajaran yang mengajak kita menapaki kehidupan dengan bijak. Manusia perlu belajar tanpa henti, tumbuh tanpa banyak bicara, dan memberi tanpa perlu diumumkan. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, ilmu padi hadir sebagai pengingat bahwa keanggunan sejati justru lahir dari kerendahan hati.

Yuk, jaga falsafah ini tetap hidup. Bukan hanya sebagai pepatah, tetapi sebagai laku sehari-hari yang membuat kita lebih bijak sebagai manusia, Gez. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved