Inibaru.id – Pemandangan memilukan di jalanan Gaza bisa dilihat dalam beberapa hari terakhir. Ribuan warga Palestina meninggalkan sisi utara dari Jalur Gaza, tepatnya saat Israel memberikan jeda kurang lebih empat jam setiap hari tanpa ada serangan militer. Saat itulah, warga melakukan evakuasi dengan berjalan kaki.
Kebanyakan dari mereka yang berjalan kaki mengevakuasi diri adalah perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Nggak banyak barang yang mereka bawa. Yang pasti, ada kartu tanda pengenal yang nggak bakal lepas dari tangan mereka. Sebagian dari mereka juga membawa bendera putih.
“Kebanyakan orang yang aku temui di Gaza berkata kalau pasukan Israel sudah membangun pos-pos di sana. Mereka bergerak ke selatan dengan berjalan kaki dalam jumlah besar. Mereka mengibarkan bendera putih karena takut diserang,” ucap Alan Fisher, seorang jurnalis dari Aljazeera sebagaimana dikutip pada Rabu (8/11/2023).
PBB menyebut pada Selasa (7/11), setidaknya ada 15 ribu warga Palestina yang memilih untuk pergi dari sisi utara Gaza melewati jalan utama Salah Al-Din. Angka ini tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah orang yang mengungsi pada Senin (6/11).
Kini, diperkirakan hanya ada 100 ribuan warga Palestina yang tersisa di Gaza Utara. Padahal, sebelum Israel melakukan serangan, kawasan tersebut setidaknya dihuni 1 juta orang. Sekitar 70 persen dari total 2,3 juta warga Gaza telah mengungsi akibat serangan brutal yang sudah menewaskan lebih dari 10 ribu jiwa tersebut.
“Kita sudah nggak bisa lagi mengakses air, listrik, atau bahkan sekadar mendapatkan tepung. Sementara bom-bom terus berjatuhan di sekitar kami. Nggak ada lagi tempat aman buat kami. Bahkan gereja atau masjid sekalipun. Mau nggak mau kami harus pindah,” ucap salah seorang pengungsi, Ameer Ghalban sembari mendorong orang tuanya yang duduk di kursi roda.
Nakba Kedua
Bagi warga Palestina, pemandangan ribuan orang mengungsi karena tanah air yang selama ini mereka tempati dibombardir militer Israel mengingatkan kembali atas peristiwa malapetaka Nakba. Hal ini diamini oleh salah seorang gadis berusia 16 tahun yang ikut mengungsi, Baraa.
“Ini memang seperti Nakba tapi terjadi pada 2023. Kami sudah berjalan cukup lama, melewati banyak mayat. Di sebelah tank-tank, tentara Israel meminta kami melepas pakaian dan barang bawaan kami. Anak-anak kelelahan karena sudah nggak ada lagi air,” ceritanya sebagaimana dilansir dari Cnn, Rabu (8/11).
FYI, Nakba yang bermakna ‘Hari Kehancuran’ terjadi pada 1948. Layaknya sekarang, kala itu Israel membombardir seluruh wilayah yang jadi tempat tinggal warga Palestina baik itu di Tepi Barat, Jalur Gaza, hingga di kamp-kamp pengungsian.
Gara-gara peristiwa itu, 78 persen dari wilayah Mandat Palestina kemudian dinyatakan sebagai wilayah Israel. Sebanyak 750 ribu orang Palestina terusir dari tempat tinggalnya. Selain itu, lebih dari 500 desa Palestina juga dihancurkan dan dihapus dari peta. Pada 14 Mei 1948, Kepala Badan Yahudi David Ben-Guron secara resmi mengumumkan terbentuknya negara Israel.
Cukup memilukan ya, pemandangan warga Gaza yang mau nggak mau harus mengungsi ke tempat lain dan meninggalkan tempat tinggalnya selama ini. Semoga saja agresi militer ini bisa segera berakhir. (Arie Widodo/E10)