Inibaru.id - Kalau berpikir bahwa animasi kali pertama muncul dari Disney, kamu salah besar! Indonesia sudah punya animasi sejak ratusan tahun lalu. Namanya? Wayang kulit.
Wayang kulit itu nggak sekadar pertunjukan tradisional, Millens. Ia adalah bentuk awal dari animasi; gambar bergerak lewat proyeksi cahaya. Bayangan tokoh wayang yang digerakkan dalang di balik kelir (layar putih) udah mirip banget konsepnya dengan animasi masa kini.
Jadi, bisa dibilang, Indonesia sudah “nge-animasi” duluan sejak abad ke-9. Yap, sebelum teknologi masuk!
Hal ini dibuktikan dengan tulisan pada prasasti Jaga pada era Mataram Kuno. Di sana tertulis kata "aringgit" yang berarti pertunjukan wayang.
FYI, di Inggris, animasi baru mulai dikenal pada tahun 1899 lewat film karya Arthur Melbourne Cooper berjudul Mathes: An Appeal. Artinya, nenek moyang kita sudah selangkah lebih maju dalam memvisualisasikan cerita dengan teknik bayangan yang sangat mirip prinsip animasi modern dengan menggunakan cahaya, gerakan, dan narasi.
Satu Dalang, Ratusan Karakter

Satu dalang bisa memainkan puluhan bahkan ratusan tokoh dalam satu pertunjukan. Mereka menggerakkan tokohnya, mengubah suara, dan kadang mengimprovisasi dialognya. Hebatnya lagi, semua ini dilakukan live dan tanpa editan!
Kalau zaman sekarang perlu tim animator dan voice actor, dalang zaman dulu udah multitasking dari sononya.
Cerita Megah Dikemas Dalam Teknologi Sederhana

Meski cuma pakai lampu minyak kelapa, layar kain, dan wayang dari kulit kerbau, pertunjukan ini bisa jadi semacam bioskop rakyat. Ceritanya? Jangan salah! Ada drama, perang, cinta segitiga, sampai sindiran sosial dan politik.
Wayang kulit resmi diakui UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity sejak 2003. Artinya? Dunia juga sepakat bahwa ini warisan budaya yang luar biasa penting!
Keistimewaan wayang kulit ini pernah diungkapkan Profesor James R Brandon dari University of Hawaii, seorang pakar teater Asia Tenggara.
"Wayang kulit adalah sistem teatrikal kompleks yang mengintegrasikan mitologi, filsafat, dan musik secara organik," kata dia.
Hm, nggak heran kalau pertunjukan tradisional ini punya kekuatan magis yang bisa mengaduk emosi sekaligus menyampaikan nilai-nilai kehidupan secara halus tapi dalam.
Dari Dalang ke Digital
Sekarang, banyak seniman muda yang mencoba menggabungkan wayang dengan animasi digital. Ada yang bikin film pendek, ada juga yang tampil di festival internasional. Semangatnya tetap sama yaitu ngasih nyawa ke cerita lewat bayangan.
Jadi, sebelum kamu jatuh cinta sama Pixar atau Studio Ghibli, ingatlah bahwa Indonesia sudah punya animasi duluan lewat wayang kulit. Keren, kan?
Yuk, lestarikan dan banggakan budaya kita. Karena kalau bukan kita, siapa lagi, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)