Inibaru.id - Koran bekas, kain perca, dan kawat tercecer di lantai rumah Wisnu Wijanarko. Bermodalkan barang bekas itu, dia menjadikannya kerajinan tangan berbentuk karakter wayang dan pahlawan super.
Ya, lelaki asal Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, ini menyalurkan bakat seninnya dengan membuat patung berkarakter tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, Bima, dan Hanoman. Bakat seninya memang sudah mencuat sejak duduk di bangku sekolah dengan gemar menggambar dan melukis.
“Kebetulan ayah saya dulu juga pekerja seni. Saya pun sudah gemar menggambar sejak SD,” ujar Wisnu di kediamannya, Jalan Candi Penataran Timur II RW 13 RT 04, Kalipancur, Kamis (21/10/2021).
Sehari-hari, ayah tiga anak itu bekerja di pasar sebagai penjual jajanan. Mulai tahun 2016 dia mencoba menyalurkan darah seninya dengan membuat kerajinan tangan berupa diorama tokoh wayang.
“Satu karakter wayang biasanya butuh waktu satu jam pembuatan. Awalnya buat rangka dulu dengan kawat, lalu dilapisi koran yang sudah jadi bubur, lalu dihias dengan pernak-pernik lain,” ungkap Wisnu.
Biasanya, Wisnu juga menjual hasil karyannya ke Yogyakarta dan Bali. Harganya mulai Rp 20 ribu untuk ukuran 10 sentimeter dan Rp 175 ribu untuk ukuran 30 sentimeter.
Mendidik Generasi Muda
Pilihan Wisnu menjadikan wayang sebagai karakter yang dipilih bukanlah semata kesenangannya pada tokoh-tokoh tersebut, tapi juga upaya untuk mendidik generasi muda supaya mengenal lebih dalam terkait wayang.
“Anak zaman sekarang nggak terlalu kenal dengan wayang, padahal mereka simbol budi pekerti luhur dan layak untuk dijadikan inspirasi,” kata Wisnu.
Sepakat dengan Wisnu, seorang pembeli bernama Arya Aditya juga mengaku nggak terlalu familiar dengan tokoh-tokoh wayang. Namun, dia berniat belajar, salah satunya dengan cara membeli karya seni milik Wisnu.
Arya mengaku kagum dengan karya seni Wisnu. Dia yang sempat mendengar gagasan Wisnu yang berencana membuat pameran 1000 wayang di Kota Semarang juga mengaku setuju.
“Akan sangat menarik ya acaranya. Semoga segera terlaksana dan jangan lupa tetap disiplin protokol kesehatan,” pungkasnya. (Triawanda Tirta Aditya/E03).