Inibaru.id - Keriuhan Pasar Sentiling telah resmi berakhir seiring dengan ditutupnya Festival Kota Lama Semarang pada 17 September 2023 lalu. Sejak menjadi bagian dari festival tahunan tersebut pada 2018, pasar bertajuk "kuliner nostalgia" ini menjadi salah satu spot paling dinantikan pengunjung.
Nggak hanya pengunjung, Pasar Sentiling juga ditunggu para pelaku UMKM karena di situlah mereka punya kesempatan untuk mendulang rupiah lebih besar sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Hal itu wajar, karena sejak dibuka pada 7 September lalu, pasar ini telah begitu menyedot perhatian pembeli.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Penanggung Jawab Pasar Sentiling Febriyanto Rachmat. Dia mengatakan, dari tahun ke tahun, antusiasme pengunjung selalu luar biasa, nggak terkecuali kali ini. Jadi, perputaran ekonomi untuk tahun ini kemungkinan nggak jauh berbeda dengan sebelumnya.
"Tahun lalu (perputaran ekonomi) mencapai Rp3 miliar. Merujuk angka itu, kemungkinan tahun ini bakal ada perputaran sebesar itu juga," tutur Febriyanto, sapaan akrabnya. "Untuk sekelas UMKM, ini cukup bagus dan bisa mendongkrak pendapatan."
Semula Hanya Empat Hari
Untuk yang belum tahu, sudah tujuh tahun Pasar Sentiling menjadi bagian dari Festival Kota Lama Semarang yang tahun ini memasuki usia ke-12. Semula, pasar UMKM yang diinisiasi Toko Oen, salah satu tempat makan legendaris di Semarang ini hanya berlangsung selama empat hari.
Namun, peminat yang begitu besar membuat durasi Pasar Sentiling terus ditambah. Febriyanto mengungkapkan, untuk tahun ini Pasar Sentiling berlangsung selama 11 hari, menggabungkan kuliner legendaris lokal dengan luar kota Semarang.
"Pembagiannya fifty-fifty. Sebagian kuliner lokal, sebagian luar kota," terang Febrianto.
Pembagian tenant tersebut, dia melanjutkan, dipilih melalui proses seleksi yang ketat agar pengunjung memperoleh pengalaman terbaik sepulang dari Pasar Sentiling. Seluruh tentant menjangkau semua kalangan sosial dan dikurasi berdasarkan rasa autentik terbaik yang mereka miliki.
Kuliner-Kuliner Legendaris
Pemilik tenant kuliner legendaris Es Puter Cong Lik Septian mengaku bersyukur karena bisa menjadi bagian dari event Pasar Sentiling tahun ini. Dia senang lantaran dagangannya selalu laku keras. Dalam sehari, rata-rata es krim khas Kota Lunpia ini bisa terjual hingga lebih dari 50 porsi.
"Yang paling laku (es puter) varian durian kelapa dan alpukat kelapa. Dibanding event lain di Semarang yang pernah saya ikuti, Pasar Sentiling memang paling bagus penjualannya," terang Septian.
Setali tiga uang, penjual kue putu Mahendra juga mengaku ketiban pulung lantaran menjadi bagian dari event Pasar Sentiling tahun ini. Omzetnya mencapai Rp3 jutaan sehari dan terbilang stabil selama event berlangsung.
"Masih bagus tahun kemarin (penjualannya) karena sehari (omzet) bisa Rp7 juta; tapi tetap bersyukur karena masih bisa bersaing dengan kuliner-kuliner lain," aku Mahendra.
Memperkenalkan Kuliner Tradisional
Meski mengalami penurunan dari segi pendapatan, Mahendra nggak mau ambil pusing. Tujuannya datang jauh-jauh dari Magetan, Jawa Timur, ke event ini adalah memperkenalkan kuliner tradisional ke anak muda, tentu saja sembari tetap mendulang untung.
"Dulu kue putu banyak disukai. Namun, setelah muncul kuliner-kuliner kekinian, peminatnya jadi berkurang," tuturnya. "Tapi, saya bertahan dengan mencoba terus menawarkan varian lain seperti isian coklat dan nangka."
Gayung pun bersambut. Pasar Sentiling rupanya juga dimanfaatkan pengunjung untuk bernostalgia dengan kuliner zadul yang mungkin hanya bisa mereka temukan semasa kecil. Deska Riftiana, misalnya, sengaja mengunjungi Pasar Sentiling untuk hunting kuliner yang sudah sulit dia temukan di daerahnya.
Meski semula nggak terencana, kedatangan Deska bersama ketiga kawannya ke Pasar Sentiling berakhir dengan perburuan kuliner yang mengasyikkan. Di tangannya, perempuan asal Blora itu menenteng kue putu, kudapan zadul dari tepung beras berisi gula jawa yang dibalut kelapa parut.
"Ini (kue putu) adalah jajanan favoritku sewaktu kecil. Dulu ada penjual yang keliling, tapi sekarang susah. Nah, pas lihat di Pasar Sentiling, aku senang. Jadi, langsung beli, deh!" serunya, lalu tersenyum senang.
Penjual dan pembeli di Pasar Sentiling disatukan dalam tajuk yang sama, yakni keinginan mengenang kuliner tradisional yang bikin bernostalgia. Semua senang. Lebih senang lagi karena ada perputaran uang yang besar di sana. So, sampai jumpa tahun depan! (Fitroh Nurikhsan/E03)