Inibaru.id – Dari sekian banyak negara maju yang ada di Timur Tengah, barangkali Oman adalah yang paling nggak populer bagi orang Indonesia. Alasannya banyak, tapi barangkali salah satunya adalah karena tim nasional sepak bolanya sudah lama nggak bertanding melawan Timnas Indonesia.
Hal ini tentu berbeda dengan timnas di negara-negara Timur Tengah lain seperti Irak, Bahrain, Qatar, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Palestina, Yordania, atau Yaman yang kerap masuk berita olahraga Indonesia dalam beberapa waktu belakangan. Negara-negara itu tentu lebih akrab di telinga kita.
Namun, kali ini kita nggak akan membahas soal timnas sepak bola yang ada di ujung timur Semenanjung Arab ini ya. Kita bakal mengulas bab keunikan negara dengan pendapatan per kapita lebih dari 18 ribu dollar ini, yang berarti hampir 4 kali lipat pendapatan kita.
Salah satu keunikan Oman adalah nggak ada gedung pencakar langit di sana. Ini tentu berbeda dengan negara-negara tajir lain seperti Arab Saudi, UEA, Qatar, atau Bahrain, yang dihiasi pelbagai gedung menjulang dengan desain futuristik. Mengapa begitu?
Semua bermula saat Oman berada di bawah pemerintahan Sultan Qaboos bin Said al-Said, pendahulu Sultan Oman sekarang, Haitham bin Tariq. Saat memerintah dari 1970 sampai 2020, Sultan Qaboos bertekad untuk memajukan Oman, menyejahterakan warganya, dan nggak mau merusak alam.
Salah satu cara untuk nggak merusak alam adalah dengan membuat peraturan melarang pembangunan gedung lebih tinggi dari lima lantai. Sultan Qaboos percaya. pembangunan gedung pencakar langit hanya akan merusak lingkungan.

Sultan Qaboos selalu menganggap gedung tinggi hanya akan dinikmati kalangan kelas atas. Maka, keberadaannya justru akan membuat ketimpangan ekonomi dan sosial di antara kalangan kelas atas, menengah, dan bawah semakin kentara.
"Menurut cerita teman saya yang orang tuanya staf Kedutaan Oman di Doha, Qatar, Sultan Qaboos lebih suka uang negara dipakai untuk kesejahteraan rakyat seperti infrastruktur, sekolah, perumahan, atau rumah sakit," tutur Arum Setyaningsih yang pernah tiga tahun mengenyam pendidikan di Doha, Sabtu (12/4/2025).
Lebih dari itu, Sultan Qaboos juga lebih suka mengedepankan bangunan-bangunan khas Arab yang dikenal punya arsitektur lebih sederhana, ramah lingkungan, dan nggak berbentuk menjulang sebagaimana bangunan modern saat ini,
Baca Juga:
Pijar Park Kembali Jadi Destinasi Wisata Keluarga Terfavorit di Kudus selama Libur LebaranMeski bikin negaranya jadi nggak punya penampilan futuristik atau superkeren, Sultan Qaboos dicintai warganya karena bikin mereka hidup makmur. Pendidikan dan layanan kesehatan di sana gratis, sejalan dengan tingkat kemiskinan dan kriminalitas yang juga sangat rendah.
Ternyata begini ya, Millens, jika negara diurus dengan benar dan mengedepankan kesejahteraan warganya. Nggak harus terlihat megah, padahal aslinya malah lebih dari berkecukupan. Jadi kepikiran untuk main ke Oman dan melihat keindahan negara tanpa gedung pencakar langit ini, nggak? (Arie Widodo/E10)