Inibaru.id - Derau air sungai Kaligarang serta kesiur angin di antara pepohonan lebat di Desa Persen selalu menjadi "nyanyian" paling merdu di Gubug Serut. Sembari bersila di gubuk beratap rumbia, menyesap kopi, dan mengudap jajan pasar, hidup terasa berjalan pelan di sini.
Sebagai pencinta kedamaian, Gubug Serut adalah salah satu tempat terbaik yang bisa saya temukan di Kota Semarang. Biasanya, saya menyambangi hidden gem yang dekat dengan kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini untuk melukis, membaca buku, atau hangout dengan teman dekat.
Saya menyebut Gubug Serut sebagai hidden gem karena lokasinya memang agak sulit ditemukan. Selain itu, rute menuju lokawisata ini juga dipenuhi tanjakan dan turunan tajam yang bikin jantung dag-dig-dug. Namun, yakinlah, semuanya bakal terbayarkan begitu kamu tiba di sana.
Seperti namanya, lokawisata yang mulai dibuka sekitar 2020 ini terdiri atas banyak gubuk bambu yang dibuat berderet di bantaran sungai Kaligarang di Desa Persen. Sebelum kena banjir, Gubug Serut bahkan sempat punya fasilitas spot selfie, wahana air, dan satu gubuk ikonik di tengah sungai.
Tanpa Tiket Masuk
Sedikit cerita, kunjungan terakhir saya ke Gubug Serut belum lama ini cukup mengecewakan. Bukan karena pelayanan yang buruk, tapi lantaran tempat wisata tanpa tiket masuk ini baru saja didera banjir, yang membuat beberapa gubuk rusak dan sejumlah wahana hanyut terbawa air sungai.
Musim penghujan memang kurang bersahabat bagi tempat wisata air seperti Gubug Serut, karena air sungai bisa meluap kapan saja. Selain itu, jalur menuju lokasi yang licin dan penuh turunan juga membuat sebagian pelancong mengurungkan niat ke lokawisata yang buka pukul 06.00-18.00 WIB ini.
Ketua Pengelola Gubug Serut Sutoro mengatakan, saat musim penghujan datang, kunjungan wisatawan ke tempat tersebut memang merosot tajam, terutama tahun ini. Menurunnya jumlah pengunjung, lanjutnya, kemungkinan besar karena cuaca yang cepat berubah.
"Lokasi yang terpencil, akses jalan yang sulit, terus habis kebanjiran juga, bikin Gubug Serut nggak menjadi pilihan utama pengunjung di Semarang. Situasinya jauh berbeda dengan setelah viral 2020 lalu," ungkap Sutoro sewaktu saya temui di sana belum lama ini.
Didominasi Anak Muda
Kendati mengalami penurunan jumlah pengunjung, Gubug Serut nggak pernah benar-benar sepi. Terakhir menyambangi tempat wisata yang berlokasi di Desa Persen, Kecamatan Gunungpati itu, masih ada beberapa orang yang datang, yang didominasi anak muda.
Karena waktu itu gerimis dan hari sudah agak sore, alih-alih bermain air, kebanyakan pengunjung memilih duduk santai di gubuk-gubuk yang tersedia; menikmati kopi dan kudapan hangat dari warung-warung yang buka, sembari ngobrol, bermain kartu, atau mabar gim daring.
Sutoro mengatakan, sedari awal didirikan, Gubug Serut menyasar anak muda, khususnya para pencari tempat nongkrong yang murah, tenang, dan bersentuhan langsung dengan alam.
“Kawasan ini sebetulnya lebih cocok disebut tempat nongkrong, Mbak; belum pas kalau bilang tempat wisata,”ungkap Sutoro, menceritakan ihwal mula berdirinya Gubug Serut. "Meski begitu, kami telah menyediakan berbagai fasilitas seperti musala, toilet, tempat karaoke, sewa ban, dan ruang bilas."
Bakal Ada Perbaikan
Seingat saya, Gubug Serut juga punya fasilitas body rafting dan river tubing. Namun, setelah saya tanyakan ke Sutoro, dia mengatakan kedua fasilitas itu sedang nggak bisa dioperasikan karena kedalaman air kurang dan arusnya terlalu kencang.
"Kalau musim hujan begini, semua wahana air nggak bisa dicoba. Tapi, ke depan bakal lebih banyak wahana yang bisa dijajal. Harap bersabar, ya!" pinta warga asli Desa Persen tersebut.
Menurut saya, Gubug Serut memang harus segera diperbaiki agar nggak banyak yang kecele saat bertandang ke tempat ini. Hal serupa juga diungkapkan Munfatimah, seorang pengunjung yang datang nggak lama setelah saya memarkirkan kendaraan.
"Waktu datang tadi, agak kaget lihat sungai dan view Gubug Serut, kok beda dari yang ada di internet, ya? Nggak buruk, tapi semoga ke depan bakal ada perbaikan dan penambahan, biar tempat ini ramai lagi," ujarnya.
Selain menyoroti situasi terbaru di Gubug Serut serta fasilitas yang menghilang di tempat tersebut, Munfatimah juga memberi saran agar memperluas gubuk-gubuk kecil di sana agar bisa dipakai beramai-ramai.
“Gubuk-gubuk ini kayanya lebih nyaman kalau dibuat seperti gazebo, biar lebih enak buat tempat ngobrol bareng teman-teman,” tandasnya. Saran yang menarik, sih!
Nah, buat kamu yang pengin cari tempat hangout bareng teman di sekitar Unnes, nggak ada salahnya ke sini, Millens. Ke Gubug Serut, kamu hanya perlu membayar biaya parkir sebesar Rp3.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil, kok. Murah, kan? (Rizki Arganingsih/E03)