Inibaru.id - Isu sosial menjadi salah satu nilai yang hampir selalu disematkan Mentari Isnaini dalam karya-karyanya. Pada suatu kesempatan, penari asal Kabupaten Demak, Jawa Tengah, itu beraksi dengan menari di tengah rob, banjir yang terjadi karena gelombang pasang, di kampung halamannya.
Waktu itu, aksi yang dilakukan perempuan berambut sebahu ini viral dan mendapatkan begitu banyak apresiasi. Apresiasi diberikan karena Mentari mampu menyampaikan keresahan yang dialami masyarakat di sekitarnya melalui gerakan tari nan menawan.
Di kalangan para seniman, perempuan 29 tahun ini memang dikenal cukup berani menyuarakan kritik sosial semacam itu. Saat kami bertemu di Omah Alas Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, belum lama ini, dia sendiri mengakui, isu sosial menjadi ruh dari penampilannya.
"Yang menari di tengah banjir rob 2020 lalu itu, adalah bentuk protes; sekaligus rekam jejak, mana tahu 10 tahun mendatang masih tinggal di sana atau Sayung (Kecamatan Sayung, kampung halamannya) sudah tenggelam," buka Mentari.
Menurutnya, seni tari sudah semestinya dibuat bukan sekadar menjadi media pertunjukan, tapi juga untuk meluapkan segala keresahan.
"Seni tari punya fungsi sebagai kritik serta media doa dan interpretasi rasa, tapi saya cenderung menjadikannya sebagai media untuk merespons berbagai masalah sosial di lingkungan sekitar," terang lulusan S2 Institusi Seni Indonesia (ISI) Surakarta tersebut.
Isu Sosial di Sekitarnya
Masih seputar banjir rob; Mentari mengaku pernah membuat karya dance film yang bertajuk Spectrumotion Banjir Rob. Karya tersebut sempat disertakan dalam sebuah festival film di Universitas Airlangga Surabaya dan masuk 5 Besar Karya Film Terbaik.
"Dance film itu adalah karya tesis saya. Butuh enam bulan untuk menggarapnya," terang Mentari. "Tapi, cukup puas pas tahu karya saya masuk 5 besar."
Oya, selain banjir rob, isu lain yang diangkat Mentari dalam aksi menarinya adalah terkait nasib penjual kaset VCD pada era digital. Sebelum melakukan aksi tersebut, dia telah lebih dulu melakukan sejumlah wawancara dengan para penjual VCD di kampungnya, yakni Desa Purwosari, Kecamatan Sayung.
"Setelah tanya-tanya (ke penjual VCD), saya nge-dance di pinggir jalan diiringi sebuah lagu; Lalu, kami membuat video singkat terkait aksi tersebut," aku perempuan murah senyum ini.
Terus, Mentari juga pernah memeragakan tarian berjudul Ngirit Ngorot. Bertempat di Balai Budaya Minomartani Yogyakarta, dia mengatakan, tarian tersebut dibuat sebagai kritik terhadap budaya konsumerisme di kalangan para pengguna e-commerce di Indonesia.
"Sebelum bikin karya ini, saya turun ke masyarakat untuk riset. Kalau saya terjemahkan, isinya kurang lebih ingin bercerita tentang mahasiswa yang banyak terjebak paylater (fasilitas penunda pembayaran) dan kemarahan orang tua yang kerap membayar pembelian barang COD milik anaknya," ujar Mentari.
Tour Lima Kota
Saat ini, banjir rob menjadi isu utama yang dibawa Mentari dalam hampir tiap penampilannya. Menurut dia, isu tersebut adalah pembahasan paling krusial yang harus segera mendapatkan solusi, karena banyak orang di pesisir telah bertahun-tahun hidup dihantui banjir tersebut.
"Banjir rob harus diatasi, tapi saya sepenuhnya sadar bahwa menyuarakan isu ini nggak bisa dilakukan sendirian. Untuk itulah saya menggelar 'Mentari Menari' pada 2022 lalu," tutur dia.
"Mentari Menari" merupakan proyek tour karya yang yang diinisiasi Mentari tahun lalu. Mengangkat isu besar tentang banjir rob di wilayah pesisir, proyek ini digelar di lima kota, yakni Demak, Pati, Jepara, Salatiga, dan Semarang.
"Tour karya di lima kota itu isinya perform, diskusi, dan pemutaran film. Selama tour karya itu, saya membawa membawa isu sosial terkait banjir rob di Demak," paparnya. "Inilah yang saya bilang bahwa seni tari adalah media untuk menyuarakan permasalahan sosial, jadi bukan semata hiburan."
Mbak Mentari keren, euy! Menurut saya, isu sosial yang diutarakan dalam kesenian bisa menjadi cara yang menarik untuk mengkritik. Bisa banget ditiru, nih! (Fitroh Nurikhsan/E03)