Inibaru.id - Sesosok biawak raksasa tampak merayap di sebentuk batu besar yang tampak menjulang di persimpangan jalur utama Wonosobo-Banjarnegara, tepatnya di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Warnanya dominan hitam dengan corak kekuningan di sekujur tubuhnya. Ia menoleh ke kiri sembari menjulurkan lidahnya.
Alih-alih menjauh, orang-orang justru berkerumun untuk melihatnya, karena ia memang bukan biawak sungguhan. Di antara mereka bahkan menyempatkan diri memarkir kendaraan untuk sekadar berswafoto atau membuat video berlatar patung biawak realistis yang belakangan viral di media sosial tersebut.
Patung yang diinisiasi Karang Taruna Kecamatan Selomerto itu sebetulnya belum rampung. Ketua karang taruna Ahmad Gunawan Wibisono mengungkapkan, masih ada sejumlah pekerjaan di spot bertajuk "Tugu Krasak Menyawak" ini, di antaranya pembuatan taman, penataan kursi, dan finishing.
“Sebagian sudah rampung. Pengerjaan berlangsung satu setengah bulan. Peletakan batu pertama pada 3 Februari lalu," tutur Gunawan, Selasa (22/4/2025).
Bukan dari Dana Desa
Gunawan mengungkapkan, patung yang digarap oleh seniman asli Wonosobo dengan pengerjaan yang memakan waktu sekitar 1,5 bulan ini menggunakan dana corporate social responsibility (CSR). Jadi, bukan dari dana desa.
"Gagasan (membuat patung biawak) ini muncul dari obrolan di karang taruna setelah kami bikin kegiatan bertema lingkungan hidup. Biawak atau menyawak (mencawak) dipilih karena reptil itu sering ditemukan di Desa Krasak. Masih banyak sampai sekarang," terangnya.
Pernyataan Gunawan dibenarkan Kepala Desa Krasak, Supinah. Hal ini sekaligus membantah kabar miring yang muncul seiring dengan viralnya tugu biawak ini di media sosial yang mengatakan bahwa pembangunan patung yang diklaim menelan biaya hingga Rp50 juta ini berasal dari dana desa.
"Perlu kami klarifikasi bahwa (pembangunan tugu biawak) itu bukan dari anggaran desa, bukan APBD, tapi CSR kabupaten yang dibantu swadaya dari masyarakat, baik dalam hal gotong royong maupun konsumsi selama proses pembangunan,” tuturnya.
Karya Seniman dari Wonosobo
Setali tiga uang, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat memastikan bahwa pembangunan tugu biawak ini nggak menggerus dana desa maupun APBD karena sedari awal memang nggak ada anggaran untuk hal semacam itu. Namun, pihaknya kemudian mendorong masyarakat dan BUMD untuk turut memikirkannya.
“Kami coba wujudkan keinginan masyarakat dengan menyentuh teman-teman BUMD. Gotong royong. Bersyukur bisa terealisasi," terang Afif dikutip dari Detik, Senin (21/4). "Untuk pembuatan, kami percayakan Mas Ari. Lukisan bupati-bupati di pendopo (kabupaten) juga produk beliau. Bagus-bagus!"
Mas Ari yang dimaksud Afif adalah Rejo Arianto, seniman asal Wonosobo yang sebelumnya lebih dikenal sebagai pelukis. Beberapa lukisan di Rumah Dinas Bupati Wonosobo adalah buah karyanya. Arianto mengungkapkan, untuk seni patung, tugu biawak adalah karya ketiganya.
"Secara keseluruhan, (patung biawak) ini yang ketiga. Dua patung sebelumnya adalah (pesanan) perorangan. Jadi, kalau untuk Wonosobo, patung tersebut yang pertama," paparnya di Rumah Dinas Bupati, Senin (21/4).
Membeli dan Memelihara Biawak
Ari mengaku senang mendengar kabar bahwa buah karyanya berhasil mendapatkan perhatian publik, bahkan sempat viral karena disebut mirip aslinya. Dia juga merasa bangga karena berhasil mewujudkan keinginan masyarakat Wonosobo.
"Kesulitan karya seni adalah bagaimana ia bisa mempunyai ruh, karena sebagus apa pun, karya tanpa jiwa menurut saya nol," ujar alumnus Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Solo tersebut.
Agar mempunyai jiwa dan buah karyanya tampak hidup, Ari mengungkapkan bahwa dirinya sempat membeli dan memelihara biawak agar bisa mengobservasi karakter subjek yang akan dibuatnya itu. Menurutnya, inilah yang membuat buah karyanya tersebut bisa terlihat begitu realistis.
"Biaya malah bukan prioritas. Saya bahkan sempat pesan ke Pak Bupati agar anggarannya secukupnya saja. Jauh di bawah satu miliar (rupiah). Satu miliar itu banyak. Kalau anggarannya segitu, saya siap bikin di empat penjuru mata angin!" tandasnya.
Sungguh karya yang luar biasa ya, Millens? Di tangan seniman yang tepat, karya yang dihasilkan bisa mempunyai karakter yang begitu kuat. Ya, seperti Tugu Krasak Menyawak ini. Jangan lupa berswafoto dengan latar tugu setinggi tujuh meter ini kalau ke Wonosobo, ya! (Siti Khatijah/E07)
